Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Narasi Setajam Pedang yang Menggetarkan

Topswara.com -- Pedang adalah sebuah benda atau alat yang digunakan secara khusus oleh para kesatria untuk membela diri atau berperang. Pedang terbuat dari besi pilihan dengan pengolahan secara khusus sehingga memiliki ketajaman yang luar biasa. Perang yang terjadi antara umat muslim di zaman dulu hanya menggunakan pedang, tombak dan panah sebagai senjata utama. Ketajaman pedang dapat melukai lawan dengan sekali tebasan, bahkan sampai menyebabkan kematian.

Ketajaman pedang para kesatria hanya melukai fisik. Tetapi ketajaman kata-kata dapat menghujam kelubuk hati terdalam seseorang. Orang yang tertusuk kata-kata merasa begitu menyakitkan dan menyiksa. 

Bahkan bisa menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya. Sehingga tepat pepatah mengatakan lidah lebih tajam dari pedang.
Islam mengatur umatnya dalam menggunakan lidah, sehinga hanya menghasilkan rangkaian kata-kata dalam kalimat yang baik, indah, bermakna, bahkan dapat menggetarkan orang yang mendengar atau yang membaca tulisannya. 

Kata-kata yang indah selalu ingin di dengar dan dibaca. Kata-kata yang bermakna selalu memberikan inspirasi dan kata-kata yang menggetarkan dapat merubah perilaku, sikap dan pikiran seseorang. 

Sebaliknya kalimat yang menggunakan kata-kata yang tidak baik, tidak indah, tidak bermakna dan tidak menggetarkan pendengar dan pembaca terasa sangat membosankan, hambar tanpa makna. 

Kekuatan kalimat yang dirangkai dengan kata-kata yang bermakna, tegas dan menggetarkan dapat dijadikan senjata diplomasi, memenangkan negosiasi bahkan dapat memenangkan perang tanpa aksi. Perjanjian Hudaibiyah adalah sebuah kemenangan diplomasi dakwah Rasulullah SAW. 

Poin kedua dari perjanjian Hudaibiyah adalah kemenangan negosiasi dakwah. “ Bahwa siapa saja dari Quraisy yang telah masuk islam dan datang kepada Muhammad tanpa ijin walinya, maka Muhammad wajib mengembalikannya kepada mereka. Siapa saja yang murtad dari kaum muslim dan mendatangi Quaraisy, maka mereka tidak akan mengembalikan kepada Muhammad”. An-Nabhani (2002), Daulah Islam. 

Sedangkan pengiriman utusan yang membawa surat ajakan kepada islam yang disampaikan kepada penguasa musrik adalah strategi memenangkan pertarungan tanpa perang fisik.

Begitu dasyatnya rangkaian kata-kata yang disusun Rasulullah SAW sehingga dapat merubah pikiran dan perilaku para raja dan kaisar yang membacanya yang menjadi wasilah kepada keimanan dan islam . Maka kalimat yang maha dasyat adalah kalimat tauhid, “La illaha ilallah, Muhammad rasul Allah“, yaitu kalimat pengakuan tentang ke Esa-an Allah. 

Kalimat yang menjadi pembeda antara orang beriman dan orang kafir.
Kisah para mualaf yang menemukan hidayah iman islam, baik secara langsung atau tidak, baik dengan proses yang lama ataupun secara cepat, adalah hasil dari proses diskusi. Baik diskusi dalam batinnya maupun diskusi dengan ulama atau dengan tokoh agama Islam. Kekuatan kata-kata yang menggetarkanlah yang mengantarkan para mualaf itu memeluk Islam.

Janganlah kita menyepelekan kekuatan kata-kata, apalagi kekuatan kata-kata yang berpengaruh dan menggetarkan karena akan bisa merubah dunia.


Oleh: Agus Syarkani
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar