Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Apa yang Terjadi pada Diri Seseorang Sebanding dengan Cita-citanya


Topswara.com -- Pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung, K.H. Abdullah Gymnastiar yang akrab disapa Aa Gym, menuturkan bahwa apa yang terjadi pada seseorang ternyata sebanding dengan cita-citanya.

“Penting hadis ini, agar kita mengetahui, apa yang terjadi dalam diri kita, itu ternyatasebanding dengan cita-cita kita, “ tuturnya di YouTube Daarut Tauhiid Official, bertajuk Bila Dunia Sudah Menjadi Tujuan, pada Jum’at (28/07/2023).

Merujuk kepada sebuah hadis shahih, pendakwah tersebut menjelaskan bahwa orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, sebagai cita-citanya, maka Allah jadikan urusan hidupnya tercerai berai, sehingga sepanjang hidupnya akan dia habiskan untuk menyelesaikan masalahnya, yakni mengejar dunia. Sebaliknya, bila akhirat menjadi tujuan hidupnya, menjadi cita-citanya, maka Allah jadikan hatinya kaya, sehingga justru dunia yang mendatanginya dengan merunduk-runduk.

Aa Gym membacakan sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)”

Selanjutnya Aa Gym mengulas hadis tersebut secara rinci. Aa menjelaskan, jika seseorang menjadikan dunia saja sebagai tujuan hidupnya, maka kondisinya sebagai berikut: pertama, Allah akan mencerai beraikan urusannya.

“Jadi, kalau hati sudah dicerai-beraikan, sudah tidak ada kebahagiaan dalam hidup ini. Hatinya gelisah, resah terus. Urusan saja, masalah saja, sampai dari pagi, siang, malam, itu yang dilakukan hanya ngurusin masalah,” ulasnya. 

Menurutnya, jika masalah telah mencerai-beraikan hati seseorang, maka ia tidak punya kesempatan untuk menikmati kebesaran Allah, tidak mampu merasakan nikmat karunia dari Allah. Sebab, waktu, pikiran, dan hatinya, sibuk dengan masalah yang tercerai-berai.

Kedua, Allah akan menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya.

“Kalau orang pecinta dunia, hidupnya tidak akan merasa cukup. Kurang terus, dan makin takut kurang. Jadi, walaupun sudah diberi sebanyak apapun oleh Allah, dia tetap dalam keadaan tidak puas, dan takut berkurang, takut rugi,“ bebernya.

Menurut pedakwah tersebut, akibat kefakiran di kedua pelupuk mata, pecinta dunia tersebut dipastikan tidak mau bayar zakat. Sedekah pun dilakukan bila ada keuntungan duniawi untuk dirinya. Dia tidak bisa menikmati yang ada, kecuali semu, dan pikirannya sibuk dengan yang tidak ada. Pikirannya tidak bersyukur.

Ketiga, Ia mendapatkan dunia, menurut apa yang sudah ditetapkan Allah baginya.

“Dunia ini, juga jagat semesta ini, milik Allah sepenuhnya. Milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala sepenuhnya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, itu ada dalam genggaman Allah. Dan Allah yang menentukan, membagikan, sesuka Allah, “ urainya.

Lebih jauh Aa Gym memberikan contoh, jika ada orang yang kaya, itu bukan karena kepintarannya. Tapi karena Allah memberikan kepadanya kekayaan tersebut. Tidak selalu orang tua kaya, anak pasti kaya. Begitupun, tidak selalu orang tua yang miskin, anak pasti miskin. Sebab, jika Allah menghendaki seseorang mendapatkan sesuatu, maka Allah akan berikan jalan supaya orang tersebut bertemu takdirnya.

“Jadi, kita tidak boleh menganggap ikhtiar itu sebagai penentu. Ikhtiar itu adalah amal saleh. Jelas hadirin, adik-adik? Apakah kerja keras pasti kaya? Tanya tukang batu. Sudah segitu kerasnya bekerja, kalau niatnya ikhlas, tukang batu itu pahalanya besar,“ ujarnya. 

Lebih jauh Aa Gym menambahkan penjelasan tentang masalah rezeki. Semua orang, apapun pandangannya tentang dunia, akan mendapatkan rezekinya sesuai dengan yang telah Allah tetapkan baginya. Aa mencontohkan bahwa koruptor itu kalau pun tidak korupsi, tetap akan menemukan rezekinya. Akan ada jalan agar rezeki sampai kepadanya.

“Rezeki itu tidak selalu yang dipegang. Rezeki ada berapa? Tiga. Yang dimakan, jadi kotoran, itu rezeki. Yang dipakai, jadi usang, itu rezeki. Dan yang dinafkahkan di jalan Allah, itu rezeki kita, yang sudah jadi rezeki kita. Kalau tabungan, aset, dan sebagainya, itu baru ngaku-ngaku, “ tambahnya. 

Sekali lagi Aa Gym menegaskan masalah rezeki tersebut. “Jadi, kita akan ketemu dengan yang Allah jatahkan untuk kita. Bedanya apa? Kalau pecinta dunia pakai menderita. Pakai capek lahir batin, pakai teraduk-aduk perasaannya, pikirannya, dan tidak menikmati, kecuali semu, “ terangnya. 

Berikutnya, pendiri Darut Tauhid tersebut menjelaskan kondisi kedua yang dinyatakan dalam hadis sahih riwayat Ahmad tersebut. Yakni, kondisi orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya. Maka kondisinya sebagai berikut:

Pertama, barang siapa yang niat tujuannya adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan urusannya.

“Artinya, oleh Allah urusan sama, tapi diurus. Hati dibuat tenang, tidak cerai-berai hatinya. Kemudian urusan-urusan, karena Allah tahu semua masalah, nanti didatangkan ahli-ahli. Kalau kita perlu ketenangan, didatangkan orang yang menenangkan. Kalau perlu ahli keuangan, nanti didatangkan oleh Allah yang bisa ngitung keuangan dengan baik. Kalau perlu teknologi, tapi disusun oleh Allah sedemikian rupa sehingga enjoy,“ bebernya.

Menurut Aa Gym, jika akhirat menjadi tujuan hidup, seseorang akan menghadapi masalah dalam hidup ini dengan tenang, bisa melihat bagaimana Allah menyusun urusannya.

“Jadi, nikmatnya itu adalah menikmati Allah menolong dia. Tidak diduga-duga, datang ini, ada itu. Jadi seperti puzzlenyusun sendiri. Jadi enak hidup ini. ingin ini, ada jalannya. Ingin itu, ada jalannya, dan dimudahkan. Dan, hatinya bisa melihat Allah yang mengatur semua ini, “ urainya. 

Pendakwah tersebut menekankan betapa nikmat dan paling enak jika hidup diurus Allah SWT. Yaitu, Jika urusannya dibereskan oleh Allah, dan hatinya juga yakin bahwa yang membereskan urusannya adalah Allah. Karena bisa jadi, ketika urusannya beres, hatinya menjadi ujub. Merasa dirinya pintar, bisa mengurus urusannya. Maka pendakwah tersebut  mengingatkan untuk tidak menjadi sombong.

“Jangan sombong. Sepanjang kentut masih bau ya. Walaupun minum minyak wangi, tambah bau. Kita asalnya setetes mani, ujungnya jadi bangkai yang menjijikan. Kemana-mana bawa kotoran, kita ini,” pesannya. 

Lebih lanjut Aa mengingatkan, seseorang dihormati karena tiga tutup. Satu, kulit yang menutup. Andai bagian hidung dibuka kulitnya, maka sudah beda urusannya. Yang kedua, Allah menutupi pikiran-pikirannya. Orang tidak tahu apa yang dipikirkan orang lain. Apakah pikiran baik, atau kotor/jahat. Yang ketiga, Allah tutupi aib, dosa dan maksiatnya. 

“Itu saja yang membuat kita dihargai orang. Kalau Allah buka tiga-tiganya, berat. Maka, salah niat, udah, jadi urusannya jadi berat,“ ulasnya. 

Kedua, Allah menjadikan kaya dalam hatinya.

“Orang yang kaya hati ini enggak ngarep apa-apa dari makhluk. Sudah puas hatinya,“ tuturnya.

Lebih lanjut Aa memaparkan contoh kasus, yakni adanya beberapa menteri, hakim agung, jenderal, yang ditangkap karena kasus korupsi. Menurut Aa, mereka korupsi bukan karena gajinya kurang, tapi karena miskin hatinya. Maka, orang yang kaya di hatinya, tidak lelah. Dia tidak akan meminta-minta kepada manusia. 

“Dengar baik-baik ya! Kalau kita sudah minta-minta ke orang, dengar baik-baik.  Izzah kita, kehormatan, harga diri, martabat, kemuliaan kita, turun. Turun. Kalau kita terus jadi beban bagi orang, turun kita. Allah sudah memuliakan kita sebagai orang yang beriman, jangan hinakan diri dengan menghiba, meminta, memelas, padahal kita mampu. Kalaupun kita tidak mampu, maka kalaupun mau bicara minta tolong ke orang, mulut saja, hati jangan, “ pesannya.

Aa Gym menegaskan, hendaknya cukup kepada Allah saja, hati menghiba. Di negeri manapun, bila ada aparat menggunakan jabatan dan kewenangannya untuk memeras, meminta harta dari rakyat, maka setinggi apapun pangkatnya, hakikatnya dia terhina.

“Makanya orang yang niatnya akhirat,  ghina fi qalbih. Enggak mau minta-minta, enggak suka menghiba, memelas, berharap belas kasihan orang, pemberian orang, karena hatinya sudah kaya dengan janji jaminan Allah, “ tegasnya 

Selanjutnya Aa Gym menjelaskan tentang konsep bahagia. Mengutip beberapa makna ayat, ia menjelaskan bahwa orang yang sangat berbahagia itu adalah yang pasrah kepada Allah. Ia menyerahkan diri kepada Allah, dan rezekinya cukup. Puas hatinya dengan apa yang Allah berikan.

“Nah, orang-orang yang sibuk ingin pulang ke akhirat dengan selamat, oleh Allah diberi kekayaan hatinya. Dunianya kaya atau tidak, terserah Allah. Bisa dibikin kaya, tapi hatinya tidak nyender kepada kekayaan. Nabi Sulaiman kaya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kaya raya hadirin. Seperlima dari ghonimah. Tapi tidak ada nyantel hatinya itu kepada kekayaan,“ tuturnya.

Sekali lagi Aa Gym menegaskan, orang yang hatinya sudah kaya, tidak akan mengharap-harap dari makhluk. Izzah-nya terjaga. Dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Semua yang dilakukannya menjadi ibadah. Dunia datang melayaninya, merunduk-runduk. Allah yang menjadikan dunia datang kepadanya, mengejarnya.

“Ayo, mending ngejar-ngejar uang, atau mending uang ngejar kita? Tergantung cita-citanya. Jadi, cita-cita akhirat itu apa? Ingin pulang selamat kepada Allah. Ingin berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Sadar dunia ini cuman mampir saja,“ pesannya.

Selanjutnya Aa mengutip sebuah ayat yang menerangkan, ‘tiadalah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu’. Maka seharusnya manusia tidak merasa bangga dengan dunia, tidak sedih dengan dunia yang enggak ada. Tidak iri dengki dengan dunia yang Allah bagikan kepada orang lain. Karena, bagi orang pecinta akhirat, dunia cuma mampir. Enggak ada pesona-pesonanya. Bukan berarti tidak boleh kaya. Karena, jika takdirnya kaya, orang tetap bakal kaya, tapi tidak diperbudak, tidak lengket di hatinya.

“Masalahnya adalah merasa memiliki atau tidak. Yang membuat orang menderita adalah merasa memiliki. Harusnya merasa tertitipi. Dunia ini ujian. Jangan mikirin saya kaya atau tidak. Pikirin jadi ahli takwa atau tidak. Karena, tidak ada yang paling membuat kita terjamin syariatnya, kecuali dengan ketakwaan. Orang takwa itu pikirannya bagaimana dicintai Allah. Bagaimana bisa berbekal pulang ke akhirat, dengan memanfaatkan hidup di dunia ini sebaik-baiknya, “ pungkasnya [] Binti Muzayyanah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar