Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam adalah Standar Kebaikan


Topswara.com -- Pengasuh Rubrik Tafsir dan Balaghah, Ajengan Irfan Abu Naveed menyatakan bahwa Islam adalah standar kebaikan.

“Ini menjadi pembenaran, takrir dari Baginda SAW itu sendiri yang menjadi standar kebaikan itu adalah Islam,” ungkapnya dalam Kajian Tafsir dan Balaghah di YouTube Ngaji Shubuh, pada Selasa (10/1/2023).

Ustaz Irfan mengupas sebuah hadis panjang yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman. Hadis tersebut cukup populer, membahas fenomena akhir zaman.

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik, tetapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku.”

Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan?” Beliau berkata: “Ya.” Aku bertanya: “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?” Beliau menjawab: “Ya, tetapi di dalamnya ada asap.” Aku bertanya: “Apa asapnya itu?” Beliau menjawab: “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya.” Aku bertanya: “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi?”

Beliau menjawab: ”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka Jahanam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami.” Beliau menjawab: “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya: “Apa yang Anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini?” Beliau menjawab: “Pegang erat-erat jamaah kaum Muslimin dan imam mereka.” Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak imam dan jamaah kaum Muslimin?”
Beliau menjawab: ”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu.”

Menurut ustaz Irfan, dalam hadis tersebut Sahabat Hudzaifah menyatakan sebuah paradigma, yakni standar kebaikan itu adalah Islam. Hal itu nampak dari pernyataan Hudzaifah bin Al-Yaman, ‘dahulu kami berada dalam keadaan jahiliah dan kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam) ini’.  

Artinya, keadaan sebelum Islam datang adalah keburukan/kejahiliahan, dan setelah Allah mendatangkan Islam, datanglah kebaikan. Terhadap pernyataan Hudzaifah tersebut, Rasulullah tidak menyalahkannya. Artinya hal itu merupakan takrir, pembenaran Rasulullah atas pernyataan Hudzaifah.

“Prinsipnya yang namanya kebaikan itu semata-mata ada pada Islam. Mereka yang kemudian terkungkung di dalam tradisi jahiliah, itu hakikatnya di dalam keburukan. Hatta meskipun tradisi tadi itu mendarah daging, menjadi kebiasaan di tengah-tengah masyarakat, dipraktikkan oleh bapak-bapak mereka, kakek-kakek mereka. Atau meskipun kebiasaan-kebiasaan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi, dari bapak-bapak mereka dari kakek-kakeknya, terus dan sebagainya. Tetap mereka dianggap itu merupakan suatu keburukan,” tegasnya.

Ustaz Irfan mengingatkan pentingnya berpegang teguh terhadap paradigma ini. Yakni, kebaikan itu adalah Islam itu sendiri, dan karenanya Islam harus menjadi standar kebaikan. Untuk menguatkan pandangan tersebut, ia menyitir ayat Al-Qur’an Ibrahim ayat 1.

Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (TQS. Ibrahim ayat 1)

Digambarkan dalam ayat tersebut, kitab suci, yakni Al-Qur’anul Karim, Allah turunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW agar Rasul mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (masa jahiliah) menuju kepada cahaya, yaitu cahaya Islam itu sendiri. 

Berikutnya ia mengulas lanjutan hadis Hudzaifah tersebut. Di sana sahabat Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah tentang keadaan manusia setelah datang kebaikan.

“Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan? Maka Nabi SAW membenarkan. Jadi, setelah datang kebaikan lalu muncul kemudian keburukan. Setelah keburukan tersebut, juga datang lagi kebaikan. Betul, tetapi di dalamnya ada kabut. Lalu Hudzaifah bertanya lagi, apa kemudian kabutnya tersebut? Nabi SAW menjawab, adanya kaum yang memiliki sifat, mereka mengambil sunnah tidak dengan sunnah Rasulullah, dan juga mengambil petunjuk tidak dengan petunjuk Rasulullah. Dalam hal ini ada perkara yang makruf yang kita akui dari mereka, ada pula yang kemudian kita ingkari,” paparnya.

Ustaz Irfan melanjutkan uraiannya tentang hadis Hudzaifah yang panjang tersebut. Di mana Hudzaifah melanjutkan pertanyaan apakah ada lagi keburukan setelah kebaikan tersebut. Dan, Rasulullah membenarkan bahwa akan ada keburukan kembali setelahnya. Yakni, adanya para penyeru kepada Jahanam.

“Adanya kemudian para penyeru kepada pintu-pintu Jahanam. Siapa yang kemudian menjawab seruan mereka, maka ia dilemparkan ke dalam jahanam itu sendiri,  terhempas ke dalamnya. Na’udzubillah. Lalu Baginda SAW menggambarkan kepada kita. Mereka adalah kaum yang kemudian mereka adalah orang-orang dari kulit kita sendiri dan berbicara dengan lisan-lisan kita," terangnya.

Hudzaifah lalu bertanya kepada Rasulullah, "bagaimana nasihat Baginda Rasul, kalau mendapati peristiwa tersebut, keadaan tersebut. Maka Nabi SAW menasihatkan, berpegang teguhlah engkau kepada jamaah kaum Muslimin dan pemimpinnya. Yang dimaksud ini adalah khilafah dan khalifah yang tegak di atas pondasi akidah dan syariat Islam. Bukan kemudian kepada sembarang orang dengan kekuasaan yang justru malah menjauhkan dari Islam,” pungkasnya. [] Binti Muzayyanah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar