Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mampukah Demokrasi Menemukan Pemimpin yang Benar?


Topswara.com -- Pemilihan presiden (pilpres) memang masih jauh, tapi gaungnya sudah nyaring hingga saat ini. Kompetisi mengambil hati rakyat mulai dilakukan dengan berbagai cara. Saling rangkul hingga saling sikutpun tidak segan dipamerkan. Kawan seketika bisa menjadi lawan, sebaliknya lawan seketika bisa menjadi kawan.

Seperti yang terjadi di tubuh partai banteng. Kita tahu bahwa ada dua bakal calon kuat di internal PDI-P yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Ketua DPR yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P, Puan Maharani, menyebut seseorang dengan istilah ganteng tapi tak bisa bekerja. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke Dewan Pimpian Cabang (DPC) PDI-P Wonogiri, Jawa Tengah, pada April lalu. (kompas.com 13/06/2022)

Memang tidak jelas pernyataan ini ditujukan ke siapa, tetapi Relawan Ganjar GP Mania kala itu meyakini, bahwa pernyataan Puan ini ditujukan ke Ganjar. (kompas.com 13/06/2022)

Sebelumnya rakyat juga sempat dibuat gerah dengan rencana III periode Presiden RI saat ini yang juga berasal dari partai yang sama. Rencana yang menuai banyak demo masyarakat itu kini telah usai. 

Isu renggangnya hubungan Jokowi dengan Megawati pun tidak terelakkan.
Di sudut lain, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyampaikan bahwa mereka masih wait and see. PKS menilai perlu perhitungan yang matang dalam menentukan calon yang diusung dalam pilpres. 

"Bukan kalimat benar dan tidak benar, semua bisa jadi benar dan bisa jadi tidak benar. Tetapi akan hitung dengan baik. Jadi ojo kesusu. Jadi Pak Jokowi mau kasih standar pada kita menyiapkan itu ojo kesusu" jelas Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al-Habsyi. (kompas.com 13/06/2022)

Inilah hiruk pikuk pilpres di sistem demokrasi. Pemandangan rutin yang sudah biasa kita saksikan hingga saat ini. Berkali-kali sudah pilpres dilakukan, berkali-kali pula presiden serta wakil presiden mengalami pergantian. Namun sudahkah ia membawa pada perubahan? Faktanya kezaliman justru makin nyata dirasakan.

Tidakkah kita penasaran, mengapa dan sampai kapan ini terjadi? Apakah sosok pemimpin benar dambaan rakyat itu memang begitu sulit ditemukan? Lalu standar seperti apalagi yang mau Jokowi beri untuk mempersiapkan hal ini? Atau jangan-jangan akar masalahnya ada pada bagian yang belum tersentuh sama sekali?

Sistem Demokrasi Gagal Mencetak Pemimpin Amanah

Sejak di bangku sekolah kita telah diperkenalkan dengan sistem demokrasi, karena sistem itulah yang digunakan di negeri ini. Semboyan yang disuarakan yaitu dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Namun kebijakan yang disahkan di sistem ini justru banyak berlawanan dengan kehendak rakyat. 

Kita sebut saja UU Minerba yang tidak berpihak pada masyarakat terdampak tambang, UU Omnibus Law Cipta Kerja yang menzalimi pekerja, UU TPKS dengan aturan berbau kebebasan yang justru akan melegalkan zina, hingga yang terbaru tentang RUU KUHP yang dinilai akan mempersempit ruang kritik rakyat dengan pasal berisi ancamannya. Jika demikian faktanya, maka rakyat yang mana yang dimaksud oleh sistem demokrasi?

Dalam sistem ini kezaliman adalah sebuah hal yang nicaya terjadi. Sebab sistem ini menganggap bahwa kedaulatan yakni kekuasaan untuk membuat peraturan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, berada di tangan rakyat atau yang mewakilinya. Sedangkan rakyat dalam hal ini adalah manusia, dia memiliki kepentingan dan keterbatasan. Maka harusnya manusia bukan dijadikan pemilik kedaulatan namun hanya sebagai pelaksana.

Inilah kelemahan sistem demokrasi. Sistem ini telah meminggirkan peran agama. Agama bisa jadi mereka jadikan sumber ketika ingin mengambil sebuah kebijakan, tapi yang menjadi penentu diterapkan atau tidak kebijakan tersebut adalah rakyat atau wakil mereka. Benar salah, baik buruk, halal haram bukan menggunakan standar agama tapi suara manusia.

Benarlah firman Allah SWT. "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persanggkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja. [Al-An’am/6:116]

Kiranya telah kita fahami akar masalah dari semua ini. Mengapa berkali-kali pilpres dilakukan namun bukan kemajuan justru kemunduran yang makin dirasakan? Sebab sistem yang menaungi negeri ini masih sistem lemah buatan manusia. Hasilnya standar yang digunakan dalam memilih pemimpinpun masih salah.

Umat Butuh Perubahan Mendasar
Solusi dari semua ini adalah memperbaiki akar masalahnya yakni sistem. Sistem diibaratkan sebuah kendaraan. Jika kendaraannya baik, maka seluruh penumpangnya baik itu muda, tua, kaya, miskin, sehat maupun cacat, semua akan selamat sampai tujuan. Tapi jika kendaraannya rusak, meskipun pengemudi dinilai hebat, semua penumpang akan celaka, ada yang luka-luka bahkan kehilangan nyawa.

Rakyat memerlukan sistem yang mampu memberi solusi untuk semua problematika kehidupan mereka. Memuaskan akal, memberi ketenangan, dan sesuai dengan fitrah. Tidak ada sistem lain di dunia ini yang memenuhi kriteria itu selain sistem Islam. Sebab sistem Islamlah satu-satunya yang berasal dari Sang Pencipta yakni Allah SWT. 

Sistem inilah yang telah diterapkan sejak masa kepemimpinan Rasulullah dan dilanjutkan oleh para khalifah sesudah Beliau hingga 13 abad lamanya. Terbukti, di masa itulah umat mampu mencapai kegemilangannya. Allah SWT. berfirman, "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" [TQS. Al-Maidah : 50]



Oleh: Noor Dewi Mudzalifah 
(Pegiat Literasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar