Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Eksis Hilang Idealis


Topswara.com – Masa remaja adalah masa mencari jati diri, maka tidak heran jika banyak anak muda yang mulai mencari jati dirinya diusia baligh. Cara yang ditempuh beragam, misalnya saja dengan mengkaji Islam secara kaffah sehingga mereka tahu kemana arah tujuan hidup ini. Ada juga yang hanya sekadar mencari eksistensi diri dengan berbagai hal misalnya saja yang sedang viral, Citayam Fashion Week.

Citayam Fashion Week tengah melanda remaja yang berada dikawasan bisnis dan perkantoran di Jalan Sudirman Jakarta. Kemunculan komunitas remaja yang berasal dari Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok (SCBD).

Adanya fenomena tersebut mendapat berbagai tanggapan, salah satunya Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Sulistyo Widhyarto, mengatakan kemunculan Citayam Fashion Week sebagai bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan anak muda sehingga perlu diapresiasi. pikiran-rakyat.com (24 juli 2022).

Dalam kaca mata ekonomi, adanya CFW juga mendulang keuntungan, dilansir tribunnews.com (20/7/2022) M Alif Hanzaulah. Sapaan gaulnya Bang Bets. Ia mengaku mendapat honor dari content creator profesional yang mengajaknya bikin konten bersama di kawasan Dukuh Atas, Sudirman,  Jakarta Pusat, tempat mereka nongkrong. "Setiap hari ada aja yang ngajak ngonten. Biasanya sih nanya-nanya, kayak 'berapa harga outfit lo' gitu-gitu," kata remaja 15 tahun asal Depok, Jawa Barat, itu seperti diberitakan Tribun Jakarta, Selasa (19/7/2022). 

Penghasilannya bervariasi. Dari Rp 50 ribu hingga Rp 800 ribu per hari. Besaran honor, bergantung dari jenis konten yang akan dimuat. "Kalau enggak ada endorsenya biasanya dikasih gocap (Rp 50 ribu). Kalau ada endorse bisa Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu. Kadang 3 endorse Rp 1 juta," terangnya.

Sejatinya, fenomena di CFW hanya mengejar eksistensi diri. Remaja haus akan eksistensi, dengan adanya CFW seolah memperoleh panggung eksistensi, apalagi animo masyarakat yang berbondong-bondong ke SCBD menjadi atmosfer tersendiri yang menguatkan eksistensi mereka.

Dalam CFW gaya berpakaian mereka bebas, mereka menganggapnya sebagai kreativitas. Tidak jarang adanya ajang ini menjadikan mereka untuk mencari pasangan (pacar). Ini menunjukkan betapa keseharian pemuda hari ini hanya membahas masalah pribadi dan urusan asmara.

Pemuda saat ini kehilangan krisis identitas, bagaimana tidak, kreativitas yang mereka lakukan hanya berdimensi dunia. Mereka mati-matian untuk mengejar kreativitas dunia. Para musuh Islam senang melihat generasi Muslim terbuai dalam aktivitas duniawi yang semu. Ketenaran palsu, menghambur-hamburkan harta, foya-foya. Generasi muslim harus mewaspadai hal ini seraya merevisi kembali tujuan berbagai kreativitas yang mereka ciptakan.

Sistem sekuarisme yang diterapkan di negara ini, telah berhasil membuat anak muda jauh dari pemahaman agama. Oleh karena itu munculah liberalisme dalam segala bidang, termasuk sistem pergaulan, tata cara berpakaian. 

Pemuda Penerus Peradaban

Pemuda adalah kekuatan diantara dua kelemahan. Jika pemudanya tidak paham agama maka nafsu duniawilah yang akan menguasainya. Kebanyakan dari mereka mudah lalai dari akhirat, bahkan suka bersenang-senang dan berfoya-foya.

Allah SWT. berfirman dalam QS Al-Mukminun ayat 115, “Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Serta dalam QS Al-Mu’min ayat 39, Allah SWT. berfirman, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”

Pemuda saat ini kehilang identitasnya, mereka tidak tahu harus kemana dalam mengarahkan tujuan hidupnya, mereka tidak tahu untuk apa diciptakan di dunia. Beginilah sistem sekularisme yang berhasil menggerus identitas pemuda Muslim. 

Mereka dilenakan dengan berbagai macam kemudahan fasilitas. Fasilitas yang ada sungguh tidak ubahnya koridor untuk menjerumuskan pemuda, alih-alih melejitkan potensinya. Sehingga hidupnya dipenuhi dengan urusan pribadi, oleh karenanya mereka lalai untuk memikirkan masalah umat.

Pemuda yang dirindukan surga, begitulah seharusnya visi hidup pemuda. Jika kita tengok sejarah dahulu, semuanya dipenuhi oleh pemuda. Peradaban Islam gemilang tidak lepas dari peran pemudanya yang semangat jihad dijalan Allah. Keimanan kepada Allah dan Rasulnya membuatnya seperti singa disiang hari, sedangkan malam harinya merajuk kepada Rabb Alam Semesta.

Betapa rugi negeri ini ketika generasi muda yang sejak lama disebut ‘bonus demografi’, nyatanya lebih difasilitasi untuk sesuatu yang tidak berguna dibandingkan untuk melayakkan diri dalam rangka mengisi peradaban sahih. 

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah negara yang mana mampu melejitkan potensi pemuda untuk kemaslahatan umat. Tidak ada jalan lain, umat sangat membutuhkan khilafah. Khilafah mampu mengayomi pemudanya untuk berkontribusi bagi agama, yang menangkal virus-virus liberalisme, sekularisme, serta kapitalisme. Sehingga kita harus satukan barisan untuk menegakkan khilafah kembali.


Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar