Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hakikat Takwa Tak Hanya di Ramadhan Saja



Oleh: Annisa Hana Mufidah, Mahasiswi di Depok

Topswara.com -- Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, kaum Muslim harus bersyukur dan bergembira dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Dalam bulan ini terdapat ibadah yang sangat istimewa, yaitu puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Seluruh amalan anak keturunan Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.”

Namun, Ramadhan tahun ini cukup berbeda dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Wabah Covid-19 sudah mulai mereda dan tidak lagi memakan banyak korban jiwa. Walaupun begitu, dampaknya berhasil melumpukan ekonomi negara dan sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda kembali bangkitnya ekonomi masyarakat.

Tak hanya itu, ada juga wabah yang juga mengancam masyarakat, yaitu wabah moderasi beragama yang terus digaungkan oleh berbagai pihak. Moderasi agama jelas sebagai ancaman bagi agama Islam karena akan melahirkan sinkretisme agama dalam balutan istilah Islam Nusantara. Dan akan terjadi toleransi agama yang kebablasan seperti ritual doa bersama lintas agama, selawatan di gereja, nikah beda agama, dan yang lainnya.

Wabah lainnya juga adalah penistaan agama (Islam) yang makin marak terjadi, wabah kezaliman yang muncul akibat penguasa bersekutu dengan oligarki yang menguasai sumber-sumber kekayaan milik rakyat. Dan yang paling berbahaya adalah wabah sekularisme yang mengakibatkan munculnya islamophobia. Semua wabah-wabah ini ada akibat dari umat yang masih jauh dari ketakwaan. Padahal telah dijelaskan dalam QS al-Baqarah ayat 183 bahwa puasa bertujuan agar umat meraih takwa. Sementara puasa Ramadhan telah dilaksanakan berulang kali oleh umat Islam.

Ternyata, dalam Al-Quran bukan hanya ayat tentang puasa yang diakhiri dengan frasa la’allakum tattaqun (agar kalian bertawa). Allah SWT juga menyebutnya dalam ayat-ayat lain tentang beribadah (QS al-Baqarah ayat 21), hukum qishash (QS al-Baqarah ayat 179), dan ayat tentang keistiqamahan di jalan Islam (QS al-An’am ayat 153). Ayat-ayat tersebut turun agar manusia itu bisa mencapai derajat takwa.

Sebenarnya, hakikat ketakwaan tidak lain adalah mengamalkan dan menerapkan Al-Qur’an secara menyeluruh, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Qur’an surah al-Hasyr ayat 21 yang artinya, “Andai Al-Qur’an ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir.”

Menurut Abu Hayan al-Andalusi, ayat ini merupakan celaan bagi umat manusia yang keras hati dan tidak terpengaruh hatinya sedikit pun oleh Al-Qur’an. Sayangnya, pernyataan ini banyak terjadi di masa sekarang, hatinya tidak sedikit pun terpengaruh oleh bacaan Al-Qur’an apalagi tergerak untuk mengamalkan isinya dan menerapkan hukumnya.

Padahal, menurut Imam al-Alusi, banyak kebaikan di dalam Al-Qur’an untuk kepentingan akhirat maupun dunia. Sehingga penting untuk negara hadir dan menerapkan Al-Qur’an dalam seluruh aspek kehidupan. Rasulullah SAW pun mempraktikkannya saat memimpin Daulah Islam di Madinah dan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin serta para khalifah sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam.[]
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar