Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Konsep Rumah Tangga Setara Diusung Aktivis Feminisme


Topswara.com -- Founder Komunitas Istri Strong Asri Supatmiati mengungkapkan, konsep rumah tangga yang setara diusung oleh para aktivis dan penggiat feminis.

"Menyoal konsep rumah tangga yang setara, ide ini muncul dari para aktivis dan penggiat feminis", tuturnya dalam Kajian Keluarga bertajuk Rumah Tangga Setara, Kayak Gimana? di YouTube Ngaji Shubuh episode 669. Ahad, (27/2/2022).

Ia mengatakan, sebetulnya banyak sekali pembahasan kehidupan rumah tangga dalam Islam, jika kaum Muslim mau mengkajinya. Islam memberikan rincian yang begitu banyak dalam mengarungi hubungan interaksi laki-laki dan perempuan, khususnya di dalam rumah tangga.

"Sehingga, jika diperhatikan fakta beberapa konsep rumah tangga yang baru digelontorkan oleh segelintir orang atau pihak-pihak tertentu, dalam hal ini harus lihat dulu latar belakang mereka," lugasnya.

Menurutnya, mereka yang mengusung konsep-konsep baru atau konsep yang tampaknya ingin berbeda dengan konsep yang telah diterapkan oleh rumah tangga Muslim selama ini, misalkan kesetaraan bahwa kedudukan suami istri dalam rumah tangga harusnya setara. 

"Tidak boleh ada yang memimpin dan yang dipimpin, serta tidak boleh ada yang diwajibkan ini itu. Pengusungnya adalah para aktivis atau penggiat feminis," katanya.

Ia menyebutkan, mereka adalah yang tidak puas dengan kedudukan wanita dalam pernikahan. Wanita seolah-olah harus mengurusi urusan domestik saja. Sehingga, mereka menuntut wanita harus berkiprah di ruang publik.

"Nah, konsep ini juga muncul biasanya ditujukan kepada para istri atau wanita yang bekerja atau mencari nafkah di luar, yang kemudian merasakan beratnya peran ganda di dalam rumah tangga. Sebab, meski bekerja di luar rumah, namun harus tetap melakukan pekerjaan domestik, karena tidak otomatis suami yang menjadi pasangan hidupnya memiliki kesadaran untuk membantu pekerjaannya," paparnya.

Ia memaparkan, apabila istri bekerja, maka ia akan terbebani dengan jam kerja. "Sehingga, tidak bisa menyelesaikan semua urusan rumah tangga pada waktu yang lebih longgar dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang full di rumah. Dengan demikian, mereka menuntut kesetaraan," paparnya.

Ia menambahkan, istri akan merasa pekerjaan jadi banyak, double job. Sudah capek kerja di luar, pekerjaan rumah juga harus tetap dikerjakan. Maka, munculah konsep "Ya harus setara dong", bapak-bapak atau suami juga harus membantu. Kalau sama-sama berkiprah di publik, berarti urusan domestik harus dibagi rata.

"Maka, munculah konsep rumah tangga yang setara, artinya suami juga harus melakukan aktivitas domestik sebagaimana yang dilakukan istri. Jadi sama rata sama rasa," tambahnya.

Kehidupan Islam

Ia menerangkan, apabila rumah tangga yang mereka jalani mengikuti pembagian peran, yaitu mengikuti peran yang sudah digariskan oleh Islam sesuai dengan kodratnya, tidak akan ada protes seperti itu. Karena, ketika istri mengerjakan urusan rumah tangga, diberikan waktu luang yang sangat banyak.

"Ketika istri meminta bantuan tenaga suami, itu dalam rangka kerjasama, tolong menolong atau taawun, karena memang tidak dimungkiri, ketika istri full, sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan rumah seolah tidak ada habisnya." ujarnya.

Ia melanjutkan, Dalam rumah tangga, hubungan suami istri adalah fastabiqul khairat, yakni berlomba-lomba dalam kebaikan. Maka, mereka mengerjakan tugasnya dengan perasaan ridha, ikhlas, dan senang, tanpa menuntut pasangannya untuk melakukan lebih banyak daripadanya.

"Maka, konsep yang menghendaki suami istri harus sejajar dan setara, hal itu berangkat dari paradigma berpikir yang keliru," pungkasnya.[] Nurmilati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar