Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bahaya Kemalisme (Paham Mustofa Kemal Pasha)


Topswara.com -- Suatu hal sangat tidak disangka kekhalifahan Islam Turki Utsmani runtuh oleh konspirasi global barat lewat kaki tangannya Kemal Mustafa Kemal Ataturk. Tapi itulah suatu kenyataan sejarah bahwa dengan hancurnya Kekhilafahan Turki Utsmani, Islam sebagai suatu aturan syumuliyah tidak bisa lagi mengayomi kehidupan umat. 

Akibat dari suatu pemikiran salah pada generasi muda Turki yang menganggap dengan mengikuti peradaban barat akan membuat Turki maju. Inilah yang telah di gembar-gemborkan oleh Kemal Ataturk beserta Turki mudanya.

Dengan pemikiran sempit inilah maka Kemal dengan semangat nasionalisme yang menganggap bahwa Turki harus berdiri sendiri dan terpisah dari Kekhilafhan Islam serta merubahnya menjadi sebuah republik. 

Disini dapat kita lihat bukankah Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma sahabat dan qiyas sebagai standar bagi umat Islam yang dipakai. Tapi sosok Montesqiue, Jean Jacques Rosseuau atau Voltaire yang menjadi teladan dengan menganggap bahwa teori-teori yang mereka kemukakan dapat menghantarkannya pada kejayaan Turki. Namun yang terjadi malah sebaliknya.

Sayangnya semua itu tidak menjadikan umat berpikir. Pembaharuan yang dilakukan Kemal di Turki malah mendapat sambutan cukup hangat dari pemimpin Ir. Soekarno. Bagaimana gerak Bung Karno dulu dengan mendirikan PNI-nya sebagai bentuk sambutan pada ide Kemal Attaturk. 

Perhatikanlah, enam dasar prinsip pembaharuan Kemal yang menjadi kiblat Presiden pertama kita ini di jalankan, pertama, republikanisme, yakni prinsip pemerintahan konstitusional atas dasar pemilihan, kedua, nasionalisme pemerintahan yang didasarkan pada pengembangan kebudayaan nasional yang spesifik dan loyalitas, ketiga, populisme, pengakuan kepada martabat rakyat, keempat, etatisme, negara menjadi penanggung jawab utama dan penyelenggara kemakmuran ekonomi, kelima, sekularisme, penolakan terhadap hak istimewa agama dan pemisahan agama dari kehidupan politik dan kenegaraan, keenam, reformasi, melanjutkan penerapan hal-hal baru dan lebih baik meskipun dengan mengorbankan tradisi (baca: Islam).

Fakta yang terjadi sekarang bukanlah kembali pada Islam namun malah sebaliknya sadar ataupun tidak mereka mengikuti alur pembaharuan Kemal Attaturk dengan mengikuti pahamnya (Kemalisme) yang menjadi kiblat  Soekarno dulu. 

Sejak berkakhirnya rezim Soekarno ternyata umat Islam tetap tidak mau berfikir. Malah memperkuatnya dengan konstitusi yang didasarkan pada sistem Demokrasi yang sekuler. 

Umai Islam banyak yang susah payah memperjuangkan bahwa “Demokrasi itu Islami, dan Islam itu demokratis”. Umat Islam saat ini pun rela berkorban demi bangsa tercinta alias patriotisme dan lebih mendahulukan kepentingan nasionalnya diatas kepentingan agama (Iskam) nya sekalipun. 

Kenyataan bahwa Kemalisme telah menjadi kiblat umat saat ini.Konstitusi yang menjadikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan ternyata tidak menjadikat umat maju dalam berperadaban tapi malah sebaliknya, umat terus mengekor pada kepentingan barat imperialis. 

Umat tidak bisa berpikir untuk menyelesaikan permasalahannya dengan kacamata Islam sebagai solusi. Anak-anak dididik dengan rasa nasionalisme, menanamkan demokrasi sebagai sistem yang paling baik dan dapat diterima oleh seluruh bangsa serta mengajarkan Islam hanya sebatas agama yang tak beda dengan agama lainnya, hanya mengurusi urusan ibadah belaka. Itulah bahaya Kemalisme!. 

Demikianlah buah dari paham batil yakni sekularisme yang dimana paham ini mengajarkan pemisahan agama dari kehidupan dan meyebabkan banyak kaum Muslim yang tidak peduli dengan agamanya. 

Mereka yang mengemban paham ini berpendapat bahwa manusia berhak membuat peraturan hidupnya bahkan berhak mengedapankan kebebasan dalam segi kehidupannya mulai dari aspek sosial,ekonomi dan sebagainya.

Akidah Islam Melahirkan Kebaikan

Hanya Islam satu-satunya paham yang lurus dan benar yang mampu mengantarkan manusia membangun kesejahteraan hidupnya di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Semestinya cara untuk merealisasikan kembali Islam ditengah kehidupan adalah dengan cara yang sama dengan apa yang ditempuh oleh Rasulullah SAW. Yaitu, dengan mengembalikan akidah Islam agar hidup dalam jiwa kaum muslim. 

Kemudian, aturan Islam diterapkan di antara mereka. Karena seorang hamba yang telah memeluk akidah Islam wajib terikat dengan hukum-hukum Islam, baik dalam perkara ibadah, makanan-minuman, pakaian, muamalah, politik dan pemerintahan dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan mereka yang mengaku beriman tetapi menolak berhukum dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya:

“Demi Tuhanmu, mereka tidak akan beriman sebelum mereka menjadikan engkau {Muhammad) sebagai hakim dalam perkara apa saja yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”, (TQS an-Nisa [4]:65])

Umat Islam dilarang menyepelekan akidah dan aturan yang terpancar darinya. Kelalaian apa pun atau bahkan menggantinya dengan akidah lain seperti Matrealisme atau dengan sistem lain seperti Sosialisme dan Kapitalisme-Demokratis, maka umat Islam akan menghadapi kelemahan terus menerus. Selain itu, umat Islam akan selalu dikuasai oleh musuh-musuhnya sehingga terhalang untuk membangkitkan cara berpikirnya. 

Akidah Islam adalah pondasi kehidupan kaum Muslim. Ia menetukan kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT dan sebab amalnya diterima. Mereka yang beramal tanpa landasan akidah Islam (iman) akan sia-sia.

Allah SWT berfirman: 
“Orang-orang kafir itu, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang yang dahaga, tetapi bila air itu didatangi, dia tidak mendapati apapun”. (TQS  an-Nur[24]:39.)

Karena sesungguhnya kebangkitan umat Muslim tidak akan pernah dicapai kecuali dengan menggabungkan akidah dan aturan yang diterapkan dalam kehidupan mereka. Hal ini bisa diwujudkan hanya dengan satu cara yaitu menegakkan kembali Daulah Islam dimuka bumi. Wallahu’alam.


Oleh: Kiki Firmansyah 
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar