Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ulama dan Kebangkitan Umat


Topswara.com -- “Para Ulama adalah mercusuar di muka bumi, mereka penerus para nabi, pewarisku dan pewaris para Nabi,”. (HR Ibnu Adi dari Ali) 

Kata ulama tak asing lagi di kalangan umat. Walaupun umat Islam masih banyak yang belum memahami peran ulama di tengah-tengah mereka, setidaknya mereka mendengar dan mematuhi apa saja kata ulama/ajengan yang menjadi panutan di tengah-tengah mereka.

Kata ulama adalah bentuk jamak dari ‘alim yang artinya orang yang berilmu. Di Indonesia kata ini ditunjukan untuk memahami dan mendakwahkan Islam dengan kepribadian yang luhur dan sebagai pempin masyarakat.

Dalam kitabnya Asmaul Husna, Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani mengatakan bahwa ulama adalah para hamba Allah yang faqih akan hukum-hukum syara’ dengan ilmunya itu mereka dapat mengembangkan dan menyebarkan agama yang haq, baik menyangkut aqidah maupun syari’ah amaliah. 

Menurutnya ulama memiliki beberapa ciri yaitu : pertama, iman yang kokoh, takwa yang utuh jiwa istikamah dan tulus ikhlas. Kedua, mempunyai sifat kerasulan (sidik, fathanah, tabligh, amanah). Ketiga, faqih dalam agama sampai rashikhuna fi al ‘ilmi. Keempat, mengenal situasi dan kondisi masyarakat. Kelima, mengabdikan seluruh hidupnya untuk menegakan aturan Allah.

Ulama merupakan figur di tengah umat yang aktivitasnya memperhatikan kondisi dan mengurusi urusan umat. Kehidupannya, tak lepas dari kebijakan yang dilaksanakan oleh para penguasa. Ulama juga tidak lepas dari politik karena politik sendiri menurut Syekh Taqqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Mafahim Siyasah adalah ri’ ayatun su’unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan wa tanfidzihi minal ummati wa ad daulati. (pengaturan urusan umat di dalam dan luar negeri itu merupakan tanggung jawab negara dan umat boleh juga melaksanakannya). 

Ulama akan merasa bahagia apabila umat menjadikan Islam sebagai aturan hidupnya. Namun mereka akan sangat merasa bersedih apabila umat terbelakang dalam ketertindasan. Penuh dengan kemaksiatan dan kekafiran dalam berfikir maupun berbuat.

Profil Ulama Saat Ini 

Suatu hal yang mengejutkan ketika kita melihat fakta dengan banyaknya fatwa dan aktivitas sebagian ulama yang melenceng dari ketentuan hukum syarak. 

Hampir di seluruh negeri kaum Muslim, yakni pada akhir masa pemerintahan Khilafah Utsmaniyah, kejahilan para fuqaha jahilnya umat terhadap Islam merupakan penyebab paling besar dari kemunduran umat serta lenyapnya daulah Islamiyah. 

Kita dapati banyaknya ulama yang jumud, statis, mengharamkan segala sesuatu yang baru, mengkafirkan orang yang mempelajari ilmu alam serta menuduh kepada para ahli fikir dengan tuduhan zindik dan atheis. 

Bahkan ada yang sampai mengharamkan memakai topi thorbus, biji kopi dan lain-lain.
Sikap seperti inilah yang menjauhkan umat dari fiqh Islam dan menumbuh kejahilan ummat Islam sendiri. Ulama saat ini pun banyak yang tinggal diam terhadap para penguasa zalim. 

Maka tak heran kemudian menjamurnya ulama pesanan penguasa di negeri-negeri kaum Muslim yang tugasnya melegitimasi kebijakan pemerintah. Sehingga masyarakat awam beranggapan apa yang dilakukan pemerintah itu sejalan dengan aturan Allah.

Padahal para penguasa negeri-negeri kaum Muslim saat ini sering kali menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan para ulama  'pesanan ̓ inilah yang akan memutarbalikan nash-nash syara dan mempermaikannya. 

Sehingga tak jarang kita mendengar bahkan melihat fatwa ulama yang melantur, misalnya ucapan Assalamu’alaikum diganti dengan selamat pagi atau ada ulama yang merestui anaknya berpacaran dengan model terkenal atau penegasan sikapnya yang menentang keras seandainya hukum Islam dilaksanakan.

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa wanita itu boleh menjadi kepala negara kaum Muslim dan hukum waris yang tadinya 1:2 bagi wanita, menjadi 1-1 dengan alasan wanita sekarang banyak yang sudah bekerja. Masih banyak fakta lain yang membuat kita mengelus dada mendengarnya.

Keadaan seperti inilah yang mengkhawatirkan kaum Muslim, apalagi Rasulullah telah mewasiatkan kita melalui sabdanya, “Ada dua golongan manusia yang akan menghancurkan ummlatku: orang berilmu yang banyak melakukan dosa dan orang bodoh tukang beribadah” lalu ada sahabat yang bertanya “Wahai Rasulullah siapakah manusia yang paling jahat itu?” Rasulullah menjawab, “Ulama yang berbuat kerusakan” (HR Ibnu Abdil Bari).

Maka ketika kemaksiatan, kekafiran, kemusyrikan, dan semua kerusakan melanda seluruh negeri-negeri kaum Muslim saat ini, Dimanakah para ulama? Para ulama saat ini pun tidak menyadari kalau akar dari seluruh permasalahan saat ini karena tidak dilaksanakannya Islam secara kaffah ditengah-tengah kaum Muslim ⁶.

Para ulama membiarkan Islam hanya terwujud dalam bentuk ritual belaka. Geraknya pun terbatas hanya di pojok-pojok masjid. Mereka memfatwakan haramnya berpolitik bagi kaum Muslim, Islam yes, parpol Islam no!.

Tidak mengherankan pula ada yang mengatakan jilbab tidak wajib karena istrinya tidak berjilbab. Bolehnya memperjuangkan demokrasi, pluralisme, nasionalisme dan yang lainnya. Apabila ini terjadi di seluruh negeri kaum muslimin maka kehancuran umat tinggal menunggu waktu.

Ulama di masa khilafah Islam
Ust Dr. Abrurrahman Al Baghdadi, dalam bukunya Ulama dan Penguasa menjelaskan beberapa  fakta, pemerintahan khilafah disemarakkan oleh sejumlah ulama dari berbagai bidang ilmu terutama di zaman keemasan Islam masa Khalifah Abbasiyah.

Bahkan kejeniusan para ulama terbukti di berbagai bidang ilmu dan bidang pemikiran. Mereka menjadi pelopor kebangkitan ilmu yang terbesar di seluruh dunia yang kini menjadi dasar pengembangan ilmu cabang.

Apalagi kecermelangan mereka dalam berfikir daya ingat mereka yang luar biasa sehingga dalam waktu yang relatif singkat yakni 40 tahun sesudah berdirinya daulah Islam. Umat Islam mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai ilmu, peradaban dan kebudayaan.

Adalah yang patut menjadi perhatikan kita tentang sifat ulama menyangkut keterbukaan fikiran mereka dalam menerima ilmu, daya serap ilmu, ketekunan dalam penelitian dan penemuan ilmiyah. Tak heran kemudian Imam Bukhari mampu menghapal seratrus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu hadis yang tidak shahih, lalu kemampuan mereka menciptakan metodologi pembahasan dan penulisan ilmiyah, khususnya dibidang ilmiyah, kedokteran, kimia dan lain-lainnya.

Kemampuan mereka yang sangat tinggi itu untuk mempersatukan umat menjadi umat yang satu, satu agama, bahasa kebudayaan dan perundang-undangan.

Tidak ada kata lain, ulama harus menjadi panutan di tengah-tengah umat. Melakukan muhasabatul hukum, agar para penguasa menerapkan aturan Islam  melangsungkan kehidupan Islam, membina umat agar menigkatkan taraf berpikirnya. 

Bukan justru menelantarkan umat, membingungkan mereka, menjadikan Islam sekedar simbol, substansial, atau merasa sudah Islami ketika dipimpin oleh presiden seorang kyiai/ulama yang malah memperburuk kondisi umat.

Sadarlah kaum Muslim, selagi bukan aturan Islam yang mengatur hidup kita maka akan terjadilah kerusakan dan kehinaan di muka bumi, Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (TQS. Thaha : 124).

Wahai para ulama pemimpin umat akan kemanakah engkau bahwa umat ini, tidaklah kita takut akan azab Allah yang sangat pedih di akhirat kelak, apabila kalian mengadakan urusan agama demi kepentingan kalian.

Alah SWT befirman: “Dan siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan kami masukkan ia ke dalam jahanam dan jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (TQS. An Nisa :115)

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang akan disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah” (TQS. An Nahl:116)

Wallahu a'lam


Oleh: Kiki Firmansyah 
(Aktivis Dakwah Bandung)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar