Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rajab: Sebuah Momen Kebangkitan


Topswara.com -- Sebagian umat Islam mengenal bulan Rajab indentik dengan peristiwa isra mi’raj saja.Yakni peristiwa yang disebutkan dalam al-Quran surat Al-Isra' Ayat 1, “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Saat itulah, Allah memberikan perintah shalat lima waktu pada Rasulullah. 

Akan tetapi, umat Islam melewatkan kondisi Rasulullah bersama sahabatnya.  Bahwa, kondisi mereka saat itu tidak leluasa melaksanakan shalat di Makkah, pun syariat-syariat Islam yang lain. 

Menerapkan Aturan Islam 

Aturan Islam adalah aturan Allah.  Sungguh hanya Allahlah yang berhak mengatur semua ciptaan-Nya. Sebagaimana dalam surat Yusuf ayat 40, yang artinya: "Sesungguhnya keputusan / hukum/ aturan hanyalah hak Allah". Oleh sebab itu, ibadah dan seluruh syariat Islam hanya terlindungi ketika aturan yang diterapkan adalah aturan Islam. 

Sampai kapanpun, aturan jahiliyah yakni aturan selain Islam, tak akan pernah sejalan dengan syariat Islam. Sebagaimana di masa Rasulullah dan sahabat, para petinggi kafir Qurays lah yang membuat aturan. Tentu saja aturan yang dihasilkan tak akan pernah membiarkan syariat Islam diterapkan. 

Sehingga, Rasulullah tak henti berjuang, termasuk setelah mendapatkan perintah salat wajib. Beliau terus berdakwah mengajak siapa saja untuk menegakkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Apalagi, Rasulullah sudah berdakwah di Makkah selama sepuluh tahun. Namun, penduduk Makkah tampak sulit menerima Islam. Malahan mereka terus berupaya menghalangi, dan semakin hari semakin meningkat intensitasnya. 

Akibatnya, Rasulullah mengarahkan dakwah pada kabilah-kabilah dari luar Makkah. Hal itu beliau lakukan di saat mereka datang ke sana di musim haji. Rasulullah menawarkan  aturan Islam berikut  kepemimpinannya.  

Setidaknya ada lima belas kabilah, diantaranya Bani Amir bin Sha’sha’ah, Muharib bin Khashafah, Fazarah, Ghassan, Murrah dan lainnya. Akan tetapi,  semuanya menolaknya (Syaikh Shafiyyur Rahman, 2012, Sirah Nabawiyah, terjemahan).  

Namun, Rasulullah tidak pernah berputus asa. Sampai akhirnya datanglah utusan dari Yastrib. Sejatinya mereka pergi ke Makkah untuk meminta pertolongan pada pemimpin Qurays. Mereka lelah berperang selama 120 tahun tiada henti. Qadarullah, kondisi Qurays sedang sibuk menghalangi dakwah Rasulullah, sehingga menolak membantu mereka.  

Peristiwa pertemuan mereka dengan Rasulullah tersebut termaktub dalam kitab al-Mustadrak, karya Imam al-Hakim an-Naisaburi, dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau menuturkan,

“Rasulullah SAW pernah menawarkan dakwah kepada khalayak. Baginda mengatakan, “Apakah ada seseorang yang bisa membawaku kepada kaumnya karena kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku?” Berkata (Jabir), “Seorang laki-laki dari Bani Hamdan lalu mendatangi baginda. Dia berkata, “Saya.” Baginda bertanya, “Apakah kamu mempunyai kekuatan (yang bisa melindungi) dari kaummu?” Dia menjawab, “Iya.” Lalu, baginda bertanya kepadanya, dari mana asalnya?” Dia menjawab, “Dari Bani Hamdan.” Setelah itu, seorang laki-laki dari Bani Hamdan ini pun takut akan diserang kaumnya. Dia pun mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Saya telah mendatangi kaumku, aku beritahukan kepada mereka. Kemudian saya akan menemuimu tahun depan.” Baginda menjawab, “Baik.” Dia pun pergi. Lalu, delegasi Ansar pun tiba pada bulan Rajab.” (HR al-Hakim, al-Mustadrak, Juz IX/497). 

Demikianlah, Rajab telah Allah tetapkan sebagai momen pertemuan pertama kali Nabi SAW dengan kaum Anshar. Merekalah yang mempunyai kemuliaan. Melalui tangan mereka lah tegak sistem Islam dalam bingkai daulah Islam di Madinah. 

Setelah Rasulullah wafat, sistem Islam warisan beliau ini dilanjutkan oleh khulafaurrasyidin, kemudian dilanjutkan oleh para khalifah selama 1300 tahun lebih. Sampai akhirnya masa itu datang. Rajab menjadi bulan kesedihan. Yakni ketika Daulah Islam yang diperjuangkan beliau selama 23 tahun diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Atatturk pada 28 Rajab 1342 Hijriah.

Mulai saat itu umat Islam di seluruh dunia kembali hidup dalam sistem jahiliyah, aturan buatan manusia. Umat Islam kembali tidak mempunyai pelindung dalam melakukan ibadah dan seluruh syariat Islam. 

Bahkan, Muslim di dunia harus bertaruh nyawa hanya karena beriman, sebagaimana di Uyghur, juga Rohingya, Palestina, Suriah. Atau, seperti para Muslimah di India yang tak bisa mengenakan hijab dengan bebas. 

Bahkan di negeri kita yang mayoritas Muslim pun, shalat tak lagi nyaman.  Kebijakan pemerintah, mulai mengusik masjid dengan alasan pandemi. Bahkan, suara speaker azan sengaja dipersoalkan. 

Kabar Gembira

Jauh-jauh hari, Rasulullah telah mengabarkan berita gembira kepada umat Islam. Dari Hudzaifah bin Al Yaman ra, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,” Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadits 18.430. Hadits ini dinilai hasan oleh Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, 1/8; dinilai hasan pula oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dalam Musnad Ahmad bi Hukm Al Arna’uth, Juz 4 no hadits 18.430; dan dinilai shahih oleh Al Hafizh Al ‘Iraqi dalam Mahajjah Al Qurab fi Mahabbah Al ‘Arab, 2/17).

Dari hadis di atas, ternyata kita ada di fase keempat, Mulkan Jabariyah. Dan suatu kepastian, tentang kabar gembira akan kembalinya fase kelima yakni khilafah di atas manhaj kenabian. Yakni, sebuah pemerintah berdasarkan sistem Islam sebagaimana Khulafaur Rasyidin. Ia akan tegak kembali sebelum berakhirnya dunia ini dan seisinya

Karena itu, seharusnya Rajab kali ini adalah momen terpenting bagi umat Islam. Untuk apa? kembali bangkit berjuang dengan sepenuh keimanan. Sekuat tenaga mendakwahkan aturan Islam di tengah-tengah umat. Untuk mengajak mereka bersama-sama menegakkan daulah Islam yang telah runtuh. Selanjutnya, melanjutkan kehidupan di dalam sistem Islam.
 
Tentu saja berjuang menegakkan kembali warisan Rasulullah harus mencontoh apa yang pernah dilakukan beliau. Sebab beliaulah satu-satunya uswah terbaik dalam segala hal termasuk perjuangan ini. 

Akhirnya, berharap semoga bulan Rajab tahun ini umat Islam berhasil menjadi kaum Anshar kedua. Yang dengan tangannya kemuliaan Islam kembali bersinar dalam bingkai khilafah.  

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Sitha Soehaimi
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar