Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lima Panduan Islam Hadapi Usia Empat Puluh


Topswara.com -- Life begin at forty!
Namun sebagian orang merasa cemas bahkan depresi saat mulai menginjak usia 40 tahun. Hilang percaya diri akan bentuk tubuh, takut kehilangan pasangan (suami melirik perempuan yang lebih muda lalu berpoligami!), dan takut menghadapi masa depan karena peluang berkarir di usia 40 lebih sulit, apalagi bersaing dengan angkatan muda, sementara biaya hidup semakin tinggi.

Ala kulli hal, semua wajib kita kembalikan pada tuntunan Allah SWT. dien Al-Islam. Jauh sebelum dunia psikologi berkembang, Islam sudah memberikan panduan hidup kita sejak dalam kandungan sampai usia tua kelak. Dalam Al-Qur’an, usia 40 diberikan penekanan khusus oleh Allah SWT.

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'.” (TQS. Al-Ahqaf: 15)

Jadi, tak usah bingung dan cemas, kembalikan saja semua pada ketentuan Allah SWT. 

Berikut ini lima panduan untuk seorang Muslim saat memasuki usia empat puluh:

Pertama, sadari jatah usia Anda berkurang

Tentu usia adalah ketentuan Allah SWT., namun demikian Nabi SAW. mengingatkan kita bahwa rata-rata usia umat Beliau ada pada kisaran 60-70 tahun. Artinya, saat kita masuk usia 40 tahun maka 2/3 kesempatan hidup kita telah habis.

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

"Umur umatku antara 60 hingga 70 dan sedikit dari mereka yang melebihi itu." (HR. Tirmidzi)

Dengan memasuki usia 40, ketika sudah banyak kenikmatan hidup dirasakan, saatnya menabung pahala untuk kehidupan di akhirat. Kecilkan porsi hidup urusan dunia, perbesar bagian untuk urusan akhirat. Nabi SAW. pernah ditanya:

قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” (HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384).
 
Kedua, lipatgandakan ketaatan, tinggalkan ‘kebodohan'

Memasuki usia 40 sudah saatnya melipatgandakan ketaatan pada Allah SWT., meninggalkan semua kebiasaan buruk dan pembangkangan terhadap Islam. Mengapa demikian? 

Imam ath-Thabari saat menjelaskan ayat ke-15 QS. Al-Ahqaf mengatakan; “Hal itu karena telah sempurna hujjah Allah padanya, dan telah berlangsung padanya kebodohan masa mudanya dan (mestinya) dia mengetahui kewajiban diri terhadap Allah Ta’ala dalam kebenaran, dan berbakti pada kedua orang tuanya.”

Banyak orang menghabiskan masa muda dalam hal yang not worth it. Tidak bermanfaat. Sebagian lagi malah terjerembab dalam kemaksiatan. Bila akalnya berpikir normal, imannya masih ada, usia 40 adalah titik balik menuju ketaatan, karena kemungkaran tak pernah memberikan kebahagiaan hakiki.

Dengan berharap Allah Ta’ala memberikan second change, panjang usia, saatnya di usia 40 berbalik menuju ketaatan. Nabi SAW. mengingatkan bahwa orang terbaik adalah yang dipanjangkan umurnya dan semakin bertambah baik amalnya. Sebaliknya, orang yang terburuk adalah yang Allah panjangkan umurnya tapi semakin buruk amalnya.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. (HR. Ahmad; Tirmidzi)

Bukan lagi masanya, di usia sekarang ini, melalaikan shalat berjamaah di masjid, enggan membaca Al-Qur’an, berat melangkah ke majelis ilmu, masih berkumpul dengan orang-orang yang gila dunia.

Mulailah untuk perbaiki diri. Menjadi Muslim yang sebenarnya. Bukan hanya fokus pada perbaikan diri pribadi, tapi bergerak bersama untuk memperbaiki kerusakan umat. Berpihak pada perjuangan Islam, dan hapuskan kefasikan.
 
Ketiga, syukuri nikmat Allah dan kebaikan kedua orang tua

Dalam QS. Al-Ahqaf: 15, Allah SWT memerintahkan siapa saja yang telah memasuki usia 40 untuk semakin banyak bersyukur atas kenikmatan Allah dan kebaikan kedua orang tua, serta memohon keturunan yang baik.

Secara fisik maupun mental, usia 40 sudah ada di puncak kehidupan. Ia sudah merasakan berbagai kenikmatan maupun cobaan hidup. Apa yang ditakuti kaum muda, sudah pernah ia lewati, bukankah sudah saatnya banyak bersyukur pada Allah? 

Apalagi bila mengingat banyak saudara atau rekan sejawat yang tidak bisa mencapai usia 40 karena dipanggil Allah, maka menginjak usia 40 adalah momen untuk semakin banyak bersyukur.

Secara fisik, manusia mulai mengalami penurunan kemampuan. Akal, penglihatan dan pendengaran, pencernaan, dan lain-lain, mulai berkurang. Minat dan selera juga mulai terhenti bahkan menurun. Tidak seperti usia muda yang ingin mencoba dan ketagihan akan sesuatu. Bukankah makan saja Anda mulai membatasi diri, dan kemudian hanya makan itu dan itu saja? Tak patut bila kemudian sifat tamak dan rakus masih merajalela di usia itu.

حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرۡبَعِينَ سَنَةٗ قَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِي فِي ذُرِّيَّتِيٓۖ إِنِّي تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَإِنِّي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٥

"Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." (TQS. Al-Ahqaf: 15)
 
Keempat, menerima perubahan fisik dengan ikhlas

Ketika usia 40 berjalan maka penurunan kualitas fisik terjadi. Kemampuan berpikir menurun, keriput mulai tampak, penglihatan dan pendengaran juga berkurang kemampuannya. Lemak di bawah dagu mulai terlihat. Fisik pun banyak yang tak langsing dan setegap dulu. Daya tahan tubuh juga berkurang. Kini balsem atau minyak angin jadi kawan perjalanan.

Di saat itulah seorang Muslim harus belajar ikhlas menerima sunnatullah siklus hidup manusia. Tetap bersyukur masih diberikan panjang usia dan bersabar menerima berkurangnya kenikmatan tubuh satu demi satu.

"Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan." (TQS. Yasin: 68)
 
Kelima, mohon perlindungan dari keburukan usia tua

Seiring bertambah usia, bertambah lemah fisik dan bertambah lemah daya pikir, seringkali ibadah dan ketaatan menjadi berkurang, tak jarang muncul perasaan malas. Ini adalah ujian bagi mereka yang mulai memasuki usia 40. Untuk itu Nabi SAW. mengajarkan kaum Muslimin satu doa perlindungan dari rasa lemah, malas, pengecut, bakhil, dan keburukan hari tua. Sabdanya:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ

“Ya Allah aku berlindung padamu dari kemalasan, aku berlindung padamu dari sifat pengecut, aku berlindung padamu dari al-harom, dan aku berlindung padamu dari sifat bakhil.” (HR. Bukhari)

Makna dari al-Haram (الْهَرَمِ)adalah keburukan umur (أرذل العمر). Mengapa Nabi sampai mengajarkan doa perlindungan dari keburukan umur? Imam ash-Shan’ani dalam Subulus Salam menyebutkan; yang dimaksud penolakan dari keburukan umur adalah sampainya seseorang pada usia tua dan kacau pikirannya karena lanjut usia sehingga seperti kembali pada usia kanak-kanak, lemah raganya dan akalnya, dan sulit paham.

Mudah-mudahan Allah mengaruniai kita amal yang baik, jauh dari keburukan usia tua, bertambah ketaatan, pada saat menginjak usia 40-an, hingga akhir hayat.


Oleh: Iwan Januar
(Pakar Parenting Islam)


Sumber: iwanjanuar.com
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar