Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kaidah Amal


Topswara.com -- Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isrā : 7

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

Jika ilmu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya. 

Perihal amal perbuatan, Allah SWT menegaskan Apabila seseorang melakukan amal perbuatan baik maupun perbuatan buruk, maka balasan dari perbuatan itu untuk mereka sendiri.

Maka pastikanlah sebelum melakukan amal berfikir terlebih dahulu, dan nikmati proses berpikir dengan benar. Sebab proses berpikir menjadikan akal manusia memiliki nilai dan produktif. Hasilnya, produk proses berpikir ini akan melahirkan segala macam ilmu, seni, dan hukum. Pun juga proses berpikir juga memunculkan filsafat(logika/mantiq). 

Jadi yang terpenting diketahui untuk menjalankan fungsi tersebut adalah:
Pertama, fakta akal
Kedua, proses berpikir
Ketiga, metode berpikir yang lurus
Keempat, penilaian pengetahuan yang didapatkan: sains (‘ilm) atau budaya (tsaqofah)

Apabila proses berpikir dapat dilalui lurus dengan cara mengindra fakta dan maklumat sabiqoh maka akan memunculkan warna ideologi yang khas. Melewati jalan maklumat annil hayat, yang akan mesandarkan pilihan standar perbuatan itu mau ke mana. Yaitu memilih hukum perbuatan antara mubah dan hukum perbuatan sesuai dengan Hukum syara.

Nah, sampai di sini akan tergambar. Bagaimana dan kemana peta fakta akal, pikiran dan perbuatan itu digerakkan. Menuju ke mana aktivitas berpikir dan hasil penilaiannya.

Dalam melakukan aktivitas/perbuatan akan terbedah lebih dalam lagi. Tergantung dari apa muyul atau faktor pendorongnya. Yang nantinya akan bertemu di titik muara yang sama. Faktor pendorong di sini terbagi menjadi dua yaitu:
Pertama, hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani) seperti: rasa lapar, haus dsb
Kedua, gharizah (naluri) terdiri dari gharizah baqa, gharizah nau' dan gharizah tadayun.
Dua faktor ini memerlukan aturan syara’ sebagai penyeimbangnya.

Pertanyaannya seberapa persen makluk yang bernama manusia yang hidup di atas bumi Allah ini mengerti atas kebesaran atas ia diciptakan? Yaitu paket serangkaian sistem tubuh dari nyawa sampai otak untuk memikirkan betapa Agungnya ciptaan-Nya itu? Kemudian apa  konsekuensi dari mereka diciptakan?

Kembali pada terminal titik temu antara proses berpikir dengan perbuatan. Bila muyulnya benar maka hajat tadi akan terdistribusi pada tempat yang benar. Dan masing-masing gharizah akan berjalan pada koridornya sendiri-sendiri yang dikendalikan oleh satu buah aturan syarak. Masya Allah sungguh inilah habitat hidup sesungguhnya.

Dan serangkaian proses tadi hanyalah merupakan dasar melangkah saja. Rangkaian ini sangat diperlukan untuk segera dipraktikkan sebab perbuatan yang berkaitan dengan hukun syarak sangat banyak sekali. Terhitung mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Subhaballah.

Namun pada prakteknya nafsu dari gharizah tadi meminta kepuasan lebih yang menurutnya aturan syarak tidak relevan, tidak modern, belum sesuai dengan zaman milenial. Maka kabur lah Terminal tujuannya. Berebut kencang untuk menduduki tahta tertinggi dunia. 

Contoh, dua aktivitas berpikir yang saling berlawanan, kita bisa melihat apakah dari teori tersebut di atas benar atau salah. Saat ini, persis hari peringatan ukuwah umat Islam di Indonesia. Reuni 212. Apa yang terjadi? Ada dua pihak yang berlawanan. Pihak pertama sejumlah golongan yang bergema rasa ingin merekatkan kembali ukuwah Islamnya yang semakin hari di rongrong oleh perpecahan. Pihak kedua, melarang kegiatan itu dilakukan. Alasannya pandemilah, menjaga eks penista agama lah dan lain-lain. Padahal nyatanya di sana-sini sudah loose dibuka dan berkerumun, bak kuda terlepas dari kandangnya. 

Lalu silakan menilai kaidah berpikir dan beramal yang benar dari kasus ini. Saatnya umat harus berani masuk tantangan. Agar tantangan berikut yang lebih besar lagi siap membelokkan mansetnya ke anil hayat masuk ke perbuatan amal yang ideologis. Dengan berstandar total ke perbuatan sesuai hukum syarak. Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Titin 
Owner Angkringan Jahe Merah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar