Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cara Tepat Membahagiakan Orang Lain


Topswara.com -- Membahagiakan orang lain merupakan perbuatan terpuji selama caranya tepat alias tidak melanggar rambu-rambu Islam. Banyak cara yang dapat dilakukan, berikut beberapa di antaranya.

Pertama, menemuinya dengan wajah yang berseri-seri. Sesungguhnya pertemuan antar sesama Muslim adalah sebaik-baik pertemuan di muka bumi. Di dalamnya terkandung rasa cinta, keikhlasan, kejujuran dan kegembiraan. 

Nabi Muhammad SAW menekankan akan pentingnya pertemuan. Beliau bersabda: "Janganlah sedikit pun kamu menyepelekan kebaikan meski (hanya) dalam bentuk menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri" (HR  Muslim).

Kedua, memberi nasihat. Banyak orang tidak bisa melupakan kebaikan kawan yang telah menasehatinya sehingga ia termasuk orang yang taat kepada Allah. Dan di situlah ia merasakan makna dan kebahagiaan pertemanan. 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra bahwasanya ia berkata: "Aku berbai'at kepada Rasulullah SAW untuk mendirikan shalat, membayar zakat dan memberi nasehat kepada setiap Muslim" (HR Bukhari).

Ketiga, membayarkan utangnya. Lepas dari utang berarti kebahagiaan dan ketenangan hidup. Maka termasuk membahagiakan orang lain jika membayarkan utangnya. Lantaran utang yang tak kunjung dapat terbayar membuat hati gundah gulana. 

Sampai-sampai Nabi SAW mengajarkan doa agar dibebaskan dari lilitan utang.“Ya Allah sesungguhnya aku meminta perlindungan kepadaMu dari kekhawatiran, kesusahan, kemiskinan, ketakutan, terabaikannya utang dan tekanan orang lain" (Muttafaq Alaih).

Keempat, berwakaf atas namanya. Katakanlah Anda ingin membuat dirinya mendapat pahala yang terus mengalir, maka Anda pun memberinya hadiah dengan meneraktirnya berwakaf. Insya Allah dia akan sangat gembira. “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.” (HR al-Bukhari, al-Baihaqi, Abu Ya’la).

Sesungguhnya masih banyak kebaikan yang dapat dilakukan sehingga orang lain menjadi bahagia. Ukurannya adalah diri kita sendiri. Bila kita senang dengan suatu perlakuan dan tentu tidak dalam hal maksiat kepada Allah maka pasti orang lain akan senang pula dengan perlakuan yang sama. Itulah yang semestinya terus menerus dilakukan sehingga dengan demikian kita menjadi penabur kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain.[]


Oleh: Joko Prasetyo
Jurnalis

Dimuat pada rubrik Tips newsletter Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) edisi 53 (September 2015).
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar