Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bangun Peradaban Islam di Milenium Ketiga, Uniol 4.0 Diponorogo Beberkan Delapan Strategi


Topswara.com -- Dosen Online Universitas Online (Uniol) 4.0 Diponorogo, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. dan Puspita Satyawati, S.Sos. membeberkan delapan strategi membangun peradaban Islam di milenium ketiga. 

"Untuk melakukan perubahan besar menuju tata dunia baru, dibutuhkan kesadaran terhadap realitas rusak yang akan diubah dan fakta baru pengganti yang rusak tersebut. Setidaknya ada delapan strategi untuk membangun peradaban Islam di milenium ketiga," tulis keduanya dalam materi kuliah online Uniol 4.0 Diponorogo "Khilafah: Mampukah Bangkit Kembali pada Milenium Ketiga di Tengah Benturan Peradaban?" Sabtu (16/10/2021). 

Prof. Suteki menyampaikan strategi pertama yaitu perubahan pemikiran. Menurutnya, dalam teori perubahan sosial apa pun, yang pertama harus terjadi adalah perubahan bahkan revolusi pemikiran masyarakat.  

"Perubahan pemikiran ini bertujuan memahamkan umat akan ajaran Islam. Dan menjelaskan pada umat, sama saja memanggil fitrah berupa kecenderungan kepada kebaikan menurut pandangan Islam (hanifan musliman)," jelasnya. 

Kedua, Puspita menyampaikan strategi pembersihan debu-debu pemahaman yang tidak islami, khususnya sekularisme dan turunannya.

"Selama pemahaman sesat masih ada, maka kesadaran islami tidak akan sepenuhnya terwujud. Langkah ini ditambah dengan memaparkan fakta rusak akibat sistem buruk," bebernya.

Adapun strategi ketiga, menurut Prof. Suteki ialah menumbuhkan kesadaran politik Islam. Menurutnya, dakwah mewujudkan Islam kaffah sebagai karakter peradaban Islam dilakukan kepada seluruh kalangan, dari rakyat hingga pejabat agar memahami dan termotivasi mewujudkan kehidupan Islam termasuk sistem politik Islam.

Keempat, ia mengungkapkan agar mempersiapkan pemikiran, mental, tsaqofah, dan lain-lain dalam perang pemikiran.

"Bila kita bekerja memahamkan Islam sementara sistem yang melingkupi justru bertentangan bahkan memusuhi, tentu perang pemikiran terjadi. Menjadi tantangan untuk memiliki kualitas 'peluru' yang lebih baik guna memenangkan pertempuran ini," paparnya.

Puspita melanjutkan, strategi kelima ialah pengembangan kiat dakwah jitu dengan cara dan sarana tepat di tengah masyarakat milenial saat ini. Sehingga patut diperhatikan pemanfaatan teknologi komunikasi demi kepentingan perjuangan Islam. 

Keenam, menurut Puspita perlu pengembangan sentra-sentra dakwah baru di berbagai tempat.  

"Melengkapi basis dakwah yang ada selama ini seperti masjid, majelis taklim, pesantren, dan sebagainya, perlu dibuka sentra dakwah baru; di kantor, mal, pabrik, serta tempat-tempat konsentrasi masyarakat baru. Dakwah harus mengantisipasi pertumbuhan lingkungan semacam kompleks perumahan baru, dan seterusnya," imbaunya.

Sementara yang ketujuh, Prof. Suteki menegaskan pentingnya pembinaan di kalangan pemuda-pemudi Muslim yang dilakukan secara tertata dan terpola baik melalui pembinaan umum maupun khusus dengan menanamkan pemikiran Islam dan hukum syara’. 

"Hal ini diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah akibat kekacauan sistem pendidikan," cetusnya.

Kedelapan, Puspita memandang perlu melakukan sinergi dengan berbagai komponen umat Islam. Yaitu bekerja sama dengan komponen umat yaitu tokoh Islam, aktivis gerakan Islam, ulama, ustaz, penggerak majelis taklim, intelektual muslim, dan lain-lain untuk mempererat ukhuwah islamiyah dan kerjasama kegiatan.

"Demikianlah beberapa upaya menuju kebangkitan pemikiran sebagai pondasi membangun peradaban Islam. Jangan hanya menanti apa yang akan terjadi. Teruslah berjuang dan melayakkan diri agar khilafah islamiyah sebagai representasi peradaban Islam bisa tegak tak lama lagi," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar