Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menonton Film Dewasa Dianggap Edukasi, Buah Liberalisme dan Sekularisme


Topswara.com -- Tontonan adalah tuntunan, itulah kata kata yang sering kita dengar dan terbukti sebagai masuknya segala pemikiran dan pemahaman terhadap sesuatu. Apa yang kita indera akan tercerap ke otak, akan mempengaruhi pola pikir dan menjadi pola sikap pada setiap individu, jelas berdampak kepada kepribadian seseorang.

Bagaimana jadinya jika tontonan yang dilihat tidak berkualitas alias sampah bahkan cenderung merusak mental, terlebih film porno yang dicekoki pada anak-anak? Tapi tidak begitu seperti yang dialami penyanyi Yuni Shara yang justru temani anaknya nonton film porno.

Dilansir dari detik.com Sabtu (26/6/2021) Penyanyi Yuni Shara bicara soal dirinya sikap dirinya jika anak-anaknya menonton film porno. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai film porno buruk bagi anak-anak.

"Konten porno itu konten berbahaya. Dampak negatifnya serius bagi tumbuh kembang anak," kata Ketua KPAI, Susanto, Sabtu (26/6/2021).
Sungguh memprihatikan, pada umumnya orang tua akan memberikan asupan terbaik bagi anaknya, entah itu makanan, pendidikan, keteladanan, pun termasuk dalam hal tontonan.

Yuni Shara anggap menemani anak menonton film porno dan membiarkannya merupakan edukasi seksual pada anak sejak dini, wajar dan waraskah sikap orang tua tersebut?

Padahal Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, film porno berbahaya, dan akan berdampak buruk bagi perkembangan anak. 

Patut Diduga sikap Yuni Shara tersebut teracuni oleh pemahaman liberal atau paham kebebasan, akan sangat berbahaya sekali jika pemahaman leberalisme seksual yang telah menjadi agenda global Barat tersebut menjadi pemikiran orang tua kemudian diajarkan kepada anak-anaknya.

Dan memahami edukasi seksual dengan membiarkan anak menonton film porno adalah sikap yang fatal dan keliru, karena bertentangan dengan nilai keagamaan. Memberikan edukasi yang tidak ada manfaatnya bagi anak, malah justru akan berdampak membahayakan mental psikisnya. 

Ini sangat disayangkan, harusnya orang tua menjadi teladan bagi anaknya, tidak mengabaikan dalam penanaman moralitas, menjauhkan dari sikap perilaku hewan.

Fakta di lapangan banyaknya kasus pemerkosaan akibat menonton film porno, banyak yang memakan korban akibat ulah tersebut, dan parahnya anak-anak juga terkena imbasnya. Jika mental dan moral liberal telah meracuni anak-anak, bagaimana nasib mereka di masa depan? Dan bagaimana nasib negara ini?

Ingat, impak sikap publik figur sangat berpengaruh bagi masyarakat luas, apalagi Yuni Shara dinilai menjadi sorotan masyarakat karena keartisannya. Sebaiknya juga memberikan contoh yang positif terhadap edukasi seksual. Inilah buah pemikiran liberalisme dan sekulerisme.

Penanaman Akidah Sejak Dini

Direktur Siyasah Institute, Ustaz Iwan Januar dalam bukunya DNA Generasi Pejuang mengatakan, agama Islam mengajarkan kausalitas, selain juga meyakini adanya ketentuan (qadha) Illahi. Maka jangan lupakan qaidah sababiyah atau kausalitas dalam hidup dalam mendidik anak-anak.

Adalah mutlak bagi orang tua untuk bersegera menjadi diri mereka sebagai pelindung dan pembimbing anak dengan benteng keislaman. Dan siapa pun tak akan bisa memiliki benteng itu bila tidak membangunnya terlebih dahulu dengan keringat dan doa.

Islam adalah benteng dalam aturan hidup, termasuk dalam hal mendidik anak. Tidak ada keraguan dalam Al-Qur'an yang menjadi rujukan utama persoalan kehidupan manusia.
Dalam Islam anak adalah amanah dan titipan Allah yang harus dijaga, agar senantiasa dalam koridor ketaatan terhadap aturan Allah SWT. Pembentukan kepribadian anak tentunya dengan cara didik yang telah dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu dengan menanamkan aqidah yang kuat, menjadikan visi-misinya untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT semata. 

Sehingga anak-anak yang kita lahirkan kelak menjadi pembela agama Allah, membela kebenaran buka justru sebaliknya menjadi pembakang, mengingkari, bahkan memusuhi agama Allah, na'udzubillah.

Tentunya untuk menumbuhkan cinta agama dan akidah yang kuat dan kokoh bukan dengan memberikan tontonan dan tuntunan yang dilarang syariah Islam, harusnya layak konsumsi bagi mereka. Banyak cerita dan film Islami yang bisa orang tua edukasikan kepada anak-anak, dan Islam telah memberikan petunjuk 1400 tahun silam. Jika orang tua tidak mampu memberikan pendidikan agama yang maksimal, maka bisa dititipkan ke lembaga-lembaga pendidikan agama Islam yang terpercaya.

Dan doa adalah senjata bagi kaum Muslim, bagi orang tua juga patut mendoakan anak-anaknya untuk keselamatan di dunia maupun di akhirat. Bukan lagi masalah kolot atau tidak kolot, dalam mendidik anak, sebagai orang tua juga harus memahami apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini nantinya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Pentingnya Peran Negara Hentikan Liberalisme Seksual

Situs-situs porno memang mudah sekali untuk diakses apalagi di media sosial, iklan-iklan pornografi masif berseliweran. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Perlunya aturan yang tegas dan sanksi bagi pelanggar maupun yang membuat konten porno. Bukan sebaliknya, menjadikan konten unfaedah tersebut dibiarkan bebas melintas di media sosial, barulah setelah ada korban gagap dan panik klarifikasi.

Karena sudah kewajiban suatu negara melindungi aqidah setiap individu masyarakat didalamnya, agar tercipta masyarakat bertakwa dan menjunjung tinggi nilai agama. Membentengi dari pemikiran sekuler maupun liberal yang menjajah kehidupan individu, masyarakat, dan negara secara umum.

Oleh karena itu aturan Islam yang sudah paripurna ini harusnya menjadi sumber bernegara dalam menetapkan hukum, hukum yang melindungi kewarasan anak dari tontonan yang tidak bermanfaat. Sekaligus dalam aturan Islam dengan tegas dan mampu menyeleksi betul-betul tontonan apa saja yang diperbolehkan syara' dengan merujuk hukum Allah.

Oleh: Munamah (Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar