Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pasukan Salib Petani


Topswara.com -- Seruan Paus Urbanus tersebar dengan cepat ke berbagai wilayah Eropa, dan disambut dengan gegap-gempita. Paus mencanangkan bahwa Pasukan Salib pertama secara resmi akan diberangkatkan ke Palestina pada tahun berikutnya, di tanggal 15 Agustus 1096.

Para pendeta pun dengan semangat menyerukan kepada setiap jemaatnya untuk bergabung dalam Pasukan Salib. Salah seorang pendeta yang paling semangat adalah Peter si Pertapa. Dia memiliki kharisma yang luar biasa dalam berpidato, dan berhasil mempengaruhi banyak orang secara luas. Bahkan ada yang menyatakan bahwa sebenarnya yang lebih berpengaruh dalam menggelorakan Perang Salib adalah Peter si Pertapa ini.

Secara tidak resmi, Peter si Pertapa berhasil menghimpun ribuan orang untuk berangkat ke tanah suci Palestina. Para sejarawan memperkirakan angka sampai puluhan ribu orang. Pada tanggal 12 April 1096, Peter si Pertapa dan pasukannya berkumpul di Cologne, Jerman. Mereka masih menunggu di sana untuk menghimpun pasukan yang lebih besar lagi.

Pasukan Peter si Pertapa memang sangat banyak, hanya saja mayoritasnya adalah rakyat jelata dan petani yang tidak memiliki ketangkasan tempur sama sekali. Mereka juga tidak memiliki kedisiplinan militer, tidak bisa membaca, dan bahkan sama sekali tidak tahu di mana tempat yang akan mereka tuju. Bisa dibayangkan apa jadinya sebuah pasukan tempur kalau prajuritnya orang-orang seperti ini? Tetapi karena keyakinan dan semangat mereka sedemikian tinggi, semua realitas itu tidak mereka pikirkan. Di tengah-tengah pasukan rakyat jelat itu, ada juga sebagian kecil kesatria yang diangkat menjadi komandan. Salah satu yang paling menonjol bernama Walter Sans Avoir.

Pada tanggal 20 April 1096, pasukan Peter si Pertama meninggalkan Cologne menuju Jerusalem. Iring-iringan pasukan sebanyak itu menjadi sebuah pemandangan epik yang mengharukan, bahkan membuat orang-orang yang menyaksikannya berurai air mata. Kira-kira dua bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Juli 1096, pasukan Peter si Pertapa tiba di kota Nis, Serbia. Namun, mereka meninggalkan jejak-jejak kehancuran dan perampasan di sepanjang perjalanan mereka. Sebelum tiba di Nis, pasukan Peter si Pertapa melakukan berbagai perampokan dan penjarahan di Hungaria, sampai-sampai Raja Coloman dari Hungaria harus memimpin pasukan dan rakyatnya untuk memerangi Pasukan Salib ini dan mengusir mereka dari Hungaria.

Penjarahan dan perampokan itu memang harus mereka lakukan, sebab pasukan Peter si Pertapa menghadapi ancaman kelaparan. Sejak awal, karena kebanyakan mereka adalah para petani miskin yang tidak memiliki dukungan dana dan logistik yang besar, ketersediaan perbekalan mereka menjadi rawan.

Pada tanggal 12 Juli 1096, pasukan Peter si Pertapa tiba di Sofia, ibukota Bulgaria. Di sana, pada akhirnya mereka bertemu dengan pemandu mereka yang berasal dari Konstantinopel. Bersama pemandu itulah mereka akan meneruskan perjalanan menuju kota legendaris itu. Beberapa pekan kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1096, pasukan Peter si Pertapa tiba di hadapan tembok kota Konstantinopel.

Seperti biasa, di pedesaan di sekitar tembok itu, pasukan Peter si Pertapa memunculkan kekacauan dan penjarahan. Kaisar Bizantium ketika itu, Kaisar Alexios I Comnenos, benar-benar tidak menyangka bahwa permintaan bantuan yang dikirimkannya kepada Paus Urbanus bisa sebanyak ini, dan malah menimbulkan kekacauan di wilayahnya. Akhirnya, pada tanggal 6 Agustus 1096, cepat-cepatlah Kaisar Alexios menyeberangkan pasukan dari Eropa Barat itu melintasi Selat Bosphorus menuju daratan Anatolia.

Bersambung...
Oleh: Sayf Muhammad Isa
Penulis serial Ghazi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar