Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Merindukan Sang Pelindung Palestina


Topswara.com -- Bentrokan warga Palestina dengan polisi Israel membara di tengah bulan Ramadhan. Terjadi tembakan roket oleh pasukan militan di Jalur Gaza dan protes di kota-kota Palestina di seluruh Tepi Barat yang diduduki.

Bentrokan dan insiden kekerasan terjadi setiap malam di Yerusalem sejak awal Ramadhan pada 13 April. Ketegangan lebih tinggi dari biasanya dimulai pada Kamis (22/4/2021), ketika pemuda Palestina protes dengan larangan berkumpul selama bulan Ramadhan.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, 8 warga terluka pada Jumat malam dalam bentrokan dengan polisi. Dua di antaranya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.(kompas.com, 24/4/2021).

Demikianlah kondisi saudara kita yang ada di Palestina di saat Ramadhan. Sedih dan prihatin melihatnya. Ketertindasan mereka telah menjadi opini umum dan tak bisa ditutup-tutupi. Namun sayangnya, kita tidak memiliki kekuatan apa-apa selain doa dan mengirimkan bantuan makanan, obat-obatan dan lain-lain semampu kita.

Dalam melihat permasalahan di Palestina yang berlarut-larut hampir 70 tahun lebih, maka kita tidak boleh melihatnya secara parsial bahwa itu adalah sekadar permasalahan dalam negeri Palestina. Kita wajib memahami sejarah Palestina secara utuh, bagaimana dahulu Palestina menjadi bagian dari daulah khilafah islamiyah, hingga daulah Islam terpecah-belah menjadi lebih dari 50 negeri-negeri Muslim. Hal tersebut membutuhkan wawasan politik dunia Islam yang utuh dan menyeluruh.

Palestina di Bawah Kepemimpinan Daulah Islam

Bumi Syam merupakan negeri berjuta keberkahan dan kemuliaan. Allah telah menetapkan keberkahan bagi wilayah Syam yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Syam yang meliputi Syria (Suriah), Palestina, Yordania dan Lebanon memiliki banyak keutamaan sehingga para sahabat Nabi berlomba tinggal di Negeri Syam.

Dahulu daerah Syam adalah tempat yang damai, jauh dari konflik seperti sekarang. Tempat di mana tiga agama yaitu Yudaisme, Nasrani, dan Islam dapat hidup berdampingan tanpa saling menindas.

Masa indah itu terbukti dan pernah terjadi yakni saat Islam diterapkan secara kafah dalam sebuah negara yakni khilafah islamiyah. Setiap khalifah dari masa ke masa begitu melindungi tanah Syam milik kaum Muslimin ini dari sentuhan kaum Yahudi. Termasuk khalifah terakhir kaum Muslimin yang begitu keras mempertahankan tanah kaum Muslimin. Beliau adalah Sultan Abdul Hamid II dari Kekhilafahan Utsmaniyah di Turki.

Sultan Abdul Hamid ini menjadi batu sandungan paling besar bagi para musuh Islam. Beliau dikenal tegas dalam menegakkan syariat Islam. Kaum Yahudi pun berkali-kali meminta Sultan untuk melepaskan Palestina dengan menyuguhkan berbagai penawaran harta. 

Di antara sogokan yang disodorkan Herzl adalah uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan, membayar semua utang pemerintah Utsmaniyah yang mencapai 33 juta poundsterling, membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank, memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga dan membangun Universitas Usmaniyyah di Palestina. Namun dengan tegas Sultan Abdul Hamid II menolaknya. 

Di dalam suratnya beliau menulis pada utusan Yahudi,

"Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Selama masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari khilafah islamiyah."

Tapi dengan kuatnya negara-negara Barat dan Yahudi menghancurkan kekhilafahan, maka Sultan Abdul Hamid II pun dilengserkan paksa dan diasingkan. 

Tepat pada tanggal 10 Februari 1918 beliau wafat di tempat pengasingannya dengan hati yang luka melihat kekhilafahan tak lagi ada dan melihat negara adidaya (khilafah) telah dibagi-bagi oleh musuh Islam menjadi negara-negara kecil seperti potongan kue. Semoga Allah membalas segala pengorbanan dan perjuangan beliau untuk umat ini, Aamiin. 

Umat Islam tanpa Khilafah 

Setelah Sultan Abdul Hamid II dilengserkan dan Khilafah diruntuhkan, maka tidak ada lagi pelindung umat muslim. Bukan hanya Palestina, negeri-negeri Muslim semakin mudah dijajah oleh barat yang serakah akan kekayaan alam negeri kaum Muslimin. Barat terus-terusan menancapkan ideologi kapitalismenya dengan menyebarkan paham nasionalisme dan patriotisme pada negeri-negeri Muslim. Tidak jarang kita lihat jumpai orang-orang yang berpendapat bahwa Palestina bukan bagian negara kita, maka tidak perlu kita ikut campur urusan dalam negeri negaranya.

Selain itu, Barat juga menancapkan pemikiran sekularisme yakni pemikiran yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Dengan sekularisme Ini akhirnya terbentuk generasi muslim yang tidak berkepribadian Islam. 

Generasi muslim menjadi minim pengetahuan agamanya, tidak bangga dengan keislamannya dan berperilaku jauh dari syariat Islam. Seharusnya kita sadar kalau akar permasalahan Palestina dan Negeri Muslim hari ini adalah karena kita sudah meninggalkan syariat Islam dalam mengatur kehidupan dan kehilangan negara yang bisa menjaga umat ini yakni khilafah.

Itulah mengapa penting bagi kita untuk belajar Islam agar kita menjadi tahu sejarah umat ini, menjadi hamba yang taat sebagai bukti keimanan dan memahami bagaimana cara mengatasi berbagai permasalahan umat.

Saatnya kita berjuang untuk mengubah kondisi ini. Kita  butuh sosok pemimpin setegas Sultan Abdul Hamid II bukan hanya pemimpin-pemimpin yang kaya akan slogan menjamin hak hidup manusia tapi ternyata menutup mata akan kondisi yang menimpa kaum Muslimin. Ingat, diamnya kita, waktu yang telah kita lalui, semuanya pasti bakal dimintai pertanggungjawaban. Jangan sampai kita menyesal ketika di akhirat kelak. Karena kita tidak  akan bisa kembali lagi ke dunia untuk memperjuangkan tegaknya agama Allah SWT ini.

Mari, segera mengkaji dan berjuanglah bersama kelompok dakwah Islam ideologis demi mengembalikan khilafah pelindung umat. Seandainya kaum Muslimin bersatu, kekuatannya sungguh  besar. Terlebih jika didukung kekuatan internal ideologi Islam, sesuatu yang dianggap sangat berbahaya bagi musuh-musuh Islam. Sebab, ketika ideologi Islam tegak dengan sempurna beserta syariatnya, Islam akan menggantikan hegemoni negara kapitalisme yang ada sekarang. []

Oleh: Nabila Zidane
(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar