Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kesetaraan Gender: Tipuan Kapitalisme terhadap Perempuan


Topswara.com -- Kesetaraan gender atau yang juga dikenal sebagai keadilan gender, adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan setara dan tidak mendapatkan diskriminasi berdasarkan identitas gender mereka secara kodrati. Istilah yang juga populer sebagai KKG (Keadilan dan Kesetaraan Gender) ini menjadi salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB yang berusaha menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti dalam aktivitas demokrasi. Selain itu, KKG juga memastikan para perempuan memiliki akses pekerjaan yang setara dan upah yang sama dengan laki-laki. 

Narasi kesetaraan gender telah berhasil mengubah tatanan masyarakat. Tekanan sosial dan ekonomi, menjadi dorongan kuat bagi para perempuan untuk bekerja. Padahal, mereka memiliki tanggung jawab yang besar atas perawatan dan pengasuhan anak-anak mereka. Hal ini merupakan buah diterapkannya sistem kapitalisme yang memandang perempuan sebagai alat menghasilkan lebih banyak kekayaan bagi negara. Perempuan seringkali dipaksa untuk mengadopsi peran laki-laki sebagai pencari nafkah bagi keluarga mereka. Bahkan, mereka dipaksa untuk menjadi budak pasar.

Feminisme dan kesetaraan gender, pada faktanya, telah menipu kaum perempuan. Hasilnya, mereka  kehilangan peran keibuan yang berdampak pada hilangnya generasi masa depan yang kuat. Atas nama kemandirian ekonomi para perempuan mengabaikan kehamilan, kelahiran, pengasuhan anak, dan tanggung jawab umum lainnya sebagai ibu. 

Peran keibuan telah digantikan oleh baby sitter dan tempat penitipan anak. Walhasil, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dan dibesarkan oleh orang asing daripada orang tua mereka sendiri. Padahal, sebagian besar gaji mereka untuk biaya pengasuhan anak. Sungguh ironis, para ibu bekerja keras agar mampu membayar orang lain untuk membesarkan anak-anak mereka sendiri. Sementara ketika tidak bekerja, para ibu dapat memberikan waktu dan perhatian penuh kepada anak-anaknya sendiri di rumah. Pada kenyatannya, hasil dari gagasan “Planet 50-50” telah memberikan sumbangsih pada kasus pengabaian hak-hak anak, duka yang mendalam di hati kaum perempuan dan dampak merugikan lainnya pada masyarakat. 

Kesetaraan gender, diakui atau tidak, merupakan gagasan feminisme untuk mendukung penjajahan global kapitalisme. Kaum perempuan semestinya menyadari tipuan ini dan mengembalikan pengaturan urusan kehidupannya kepada Sang Pencipta. Sebab, Allah SWT Maha Tahu atas segala potensi kehidupan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Allah SWT Maha Adil, ketika membuat perbedaan aturan untuk laki-laki dan perempuan. Meskipun begitu, derajat laki-laki dan perempuan di sisi Allah dianggap sama. Adapun yang membedakan derajatnya hanyalah ketakwaan masing-masing.

Dalam perspektif Islam, perempuan mempunyai kedudukan mulia. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa: 19).

Dalam Islam, tidak ada yang namanya hak asasi manusia. Akan tetapi, Islam memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan untuk berpendapat bahkan berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Ibunda Asma binti Yazid, mujahidah cerdas yang berani berdiskusi dan bertanya tentang masalah perempuan pada Rasulullah SAW. Fatimah Al Fihri, pendiri Universitas Al-Qarawiyyin, yang merupakan universitas pertama di dunia. Mariam al-Astrolabiya al-Ijliya, penemu astrolobe, sebuah instrumen global positioning yang menentukan posisi matahari dan planet-planet. Alat ini merupakan cikal bakal GPS yang digunakan manusia modern abad ini. Astrolobe juga digunakan untuk mengetahui waktu dan sebagai navigasi dengan cara mencari lokasi berdasarkan lintang dan bujur. Sedangkan, bagi umat Islam astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadhan serta Idul Fitri.

Selain itu, Islam juga memuliakan kaum ibu, sebagaimana hadist Nabi, seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu.” Kemudian orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya kembali: “Kemudian siapa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya lagi, “Kemudian siapa yaa Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Sungguh, betapa mulia kedudukan kaum perempuan dalam Islam. Sangat berbeda dengan fakta hari ini, tatkala syariat Islam dicampakkan, kesetaraan gender dianggap dapat mengangkat martabat perempuan. Namun kenyatannya justru perempuan berkalang nestapa. Sungguh, Islamlah satu-satunya yang bisa mengangkat dan melindungi kedudukan maupun harkat dan martabat perempuan. Serta mengembalikan kembali fungsi dan peran perempuan sebagai seorang ibu. 

Ibnu Mubarok menyampaikan sebuah riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah yang mengatakan, “Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia.” []

Oleh: Sri Damini
(Aktivis Dakwah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar