Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisasi Digital: Perusak Mental Generasi Muda


Topswara.com -- Kita berada di masa yang sering dijuluki sebagai era perkembangan dan keterhubungan. Namun, di balik kesenangan layar dan cepatnya arus informasi, terdapat sebuah kekuatan merusak yang beroperasi dengan cara teratur. 

Kapitalisme digital, yang saat ini sedang merusak kesehatan mental kaum muda Indonesia. Isu ini bukan hanya masalah pribadi, melainkan sebuah krisis sistemik yang diabaikan demi pengumpulan keuntungan oleh sejumlah perusahaan besar.

Kapitalisme tidak hanya menargetkan negara-negara maju tetapi juga negara-negara yang masih tertinggal, termasuk Indonesia. Saat ini, Indonesia berada di garis terdepan dalam menghadapi krisis digital global. 

Statistik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat ketergantungan pada perangkat digital yang paling parah di dunia. 

Angka-angka memperlihatkan masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata lebih dari 6 jam setiap harinya untuk menggunakan perangkat digital, dan lebih dari 19% remaja mengalami ketergantungan pada gadget. 

Beberapa ciri bahwa generasi muda mengalami kecanduan gadget antara lain langsung meraih gadget begitu bangun tidur, tidak bisa menjalani hari tanpa perangkat tersebut, merasa sangat cemas jika baterai ponsel hampir habis atau mati, selalu ingin memeriksa gadget setiap 5 menit, dan selalu memegang gadget saat melakukan berbagai aktivitas, baik saat makan, berjalan, bahkan di toilet. 

Akibatnya, mereka menjadi generasi digital yang terlihat aktif di media sosial, namun sepi di dunia nyata.

Kecanduan ini dapat memberikan efek negatif pada kesehatan fisik, psikologis, serta interaksi sosial. Saat ini, kehidupan kaum muda banyak dipengaruhi oleh waktu yang dihabiskan di depan layar, yang sayangnya berkaitan langsung dengan peningkatan masalah kesehatan mental. 

Data menunjukkan dengan jelas bahwa mayoritas anak muda di Indonesia pada saat ini sangat mudah terpengaruh oleh dampak negatif dari paparan digital yang tidak terkontrol. 

Di sisi lain, sistem kapitalisme memanfaatkan kaum muda sebagai target yang mudah untuk mempromosikan berbagai konten melalui perusahaan-perusahaan digital. 

Sayangnya, pemerintah tampak kurang tegas terhadap perusahaan-perusahaan besar di dunia digital ini dan terlihat tidak menunjukkan komitmen serius untuk melindungi anak muda dari konten-konten berbahaya yang berasal dari kapitalisme. 

Krisis kesehatan mental yang dialami oleh generasi muda sebagai dampak dari sistem kapitalisme ini perlu segera diatasi. Semua ini harus dimulai dengan adanya perubahan mendasar dalam pandangan negara terhadap generasi mudanya. 

Perubahan mendasar ini memerlukan sebuah sistem yang kokoh dan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan kualitas generasi muda. 

Sistem tersebut adalah sistem Islam yang memiliki visi untuk menciptakan generasi terbaik, yang siap memimpin peradaban, bukan sekadar menjadi konsumen digital yang pasif dan rentan.

Sistem Islam di era digital akan menjadikan perlindungan mental dan pengembangan karakter generasi sebagai fokus utama yang tidak bisa ditawar. Komitmen ini akan diaplikasikan melalui berbagai langkah strategis. 

Negara Islam akan mengimplementasikan sistem pendidikan Islam yang menanamkan nilai-nilai keyakinan yang kuat, menekankan pentingnya penggunaan akal, kemampuan berpikir kritis, dan pemahaman yang menyeluruh tentang tujuan hidup, sehingga generasi tersebut tidak mudah terpengaruh oleh konten yang tidak berkualitas. 

Islam juga memaksimalkan peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama melalui lembaga yang melatih orang tua. Negara akan memastikan setiap orang tua memiliki pemahaman agama yang memadai untuk membimbing anak-anak mereka di tengah gelombang digital. Menciptakan kondisi masyarakat yang peka dan saling menjaga serta memberikan nasehat terkait penggunaan media. 

Masyarakat menjadi aktif dalam mencegah praktik digital yang merugikan dan menyebarkan pemikiran yang sehat dan selaras dengan ajaran Islam. Negara Islam akan mengawasi isi dari semua platform media digital. 

Hanya konten yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, yang dapat memberikan pendidikan akal dan memperbaiki perilaku, yang diizinkan untuk disebarluaskan. Sanksi tegas akan dikenakan kepada individu atau platform yang terbukti menampilkan materi yang merusak moral dan mental generasi. 

Krisis kesehatan mental yang dihadapi generasi muda akibat dampak buruk digitalisasi oleh sistem kapitalisme telah mengakibatkan generasi ini kehilangan potensi besar mereka untuk kebangkitan Islam. 

Masalah ini muncul karena kegagalan sistemik negara dalam melindungi rakyatnya dari eksploitasi oleh korporasi yang berorientasi pada keuntungan. Hanya dengan diterapkan Islam secara kaffah yang mampu menghentikan kerusakan mental ini dan perlu segera diwujudkan oleh seluruh umat Islam.[]


Oleh: Dewi Nur Hasanah
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar