Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Palestina Butuh Kita, Dunia Hanya Menonton


Topswara.com -- Serangan brutal Israel di Gaza tampaknya belum ada tanda-tanda berhenti. Hari demi hari, korban terus berjatuhan. Bukan hanya warga sipil yang jadi sasaran, tetapi jurnalis dan paramedis pun ikut diburu. 

Pada 1 September 2025, Israel menyerang sebuah rumah sakit di Gaza dan menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk seorang jurnalis Reuters (BeritaSatu, 1/9/2025). 

Tragisnya, serangan itu terjadi ketika sebagian media sedang menyiarkan siaran langsung, seolah-olah Zionis ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa melakukan apa pun tanpa takut diadili.

Jurnalis Gaza bahkan sampai menyerukan kepada jurnalis internasional agar datang langsung ke lapangan, melihat, dan memperlihatkan kepada dunia apa yang sebenarnya terjadi di balik blokade yang mencekik kehidupan warga Gaza (BBC Indonesia, 1/9/2025). 

Seruan ini menunjukkan betapa mereka sudah putus asa terhadap sikap dunia yang seolah hanya menonton dari kejauhan.

Dunia internasional sebenarnya tahu betul kebrutalan ini. Berita tersebar luas. Video korban berserakan di media sosial. Dunia hanya pandai mengeluarkan pernyataan keras, menggelar konferensi, atau menyerukan gencatan senjata yang tidak pernah dipatuhi Israel. Namun, aksi tegas untuk menghentikan penjajahan itu sama sekali tidak terlihat.

Lalu bagaimana dengan umat Islam, yang jumlahnya hampir dua miliar di seluruh dunia? Faktanya, sampai hari ini umat belum sanggup bersatu untuk melawan kekejian Zionis yang didukung penuh oleh Amerika Serikat.

Umat juga belum mendesak penguasa-penguasa mereka untuk mengerahkan pasukan militer guna menolong Gaza. Padahal kekuatan itu ada, potensi itu nyata. 

Namun semua masih terbelenggu oleh sekat-sekat nasionalisme sempit dan sistem politik sekuler yang tidak pernah menempatkan pembelaan terhadap Palestina sebagai prioritas utama.

Masalah terbesar kita justru ada di sini. Masih sedikit umat Islam yang memahami bahwa jihad adalah jalan hakiki untuk membebaskan Palestina. Bahkan opini ini belum menjadi arus utama yang diperjuangkan bersama. 

Sebaliknya, banyak yang masih terjebak pada narasi kemanusiaan semata atau berharap kepada lembaga-lembaga internasional yang jelas-jelas tidak berpihak.

Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an: "Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.’"(QS. An-Nisa: 75).

Ayat ini begitu jelas membela kaum Muslim yang tertindas adalah kewajiban. Gaza hari ini adalah cerminan nyata ayat tersebut, laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tertindas, berteriak meminta pertolongan. Kalau bukan kita, umat Islam, lalu siapa yang akan berdiri untuk menolong saudara-saudara kita di Gaza?

Rasulullah SAW juga bersabda: "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dizalimi).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Membiarkan saudara seiman dibantai, sementara kita diam dan hanya menonton, adalah bentuk pengkhianatan terhadap sabda Nabi. Kita diperintahkan untuk menolong, bukan sekadar bersimpati.

Karena itu, umat Islam harus kembali sadar bahwa Palestina bukan hanya isu kemanusiaan. Palestina adalah tanah umat Islam yang dirampas. Dan sejarah membuktikan, penjajahan tidak akan pernah bisa diakhiri dengan sekadar diplomasi atau resolusi PBB.

Satu-satunya jalan adalah jihad fi sabilillah, sebagaimana generasi Islam terdahulu pernah lakukan untuk menghentikan penindasan di berbagai belahan dunia.

Rasa prihatin dan aksi simbolis saja tidak cukup. Umat harus memiliki kesadaran kolektif bahwa membela Palestina adalah kewajiban syar’i, yang harus diwujudkan melalui persatuan dan tindakan nyata.

Diamnya umat hanya memberi ruang bagi Zionis untuk terus menancapkan kekejamannya. Selama kita berharap pada dunia, selama itu pula mereka akan terus melukai Palestina dengan darah dan air mata. 

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Nilam Astriati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar