Topswara.com -- Ada yang bilang, “Ibu di rumah mah enak, cuma ngurus anak, masak, dan nunggu transferan suami.”
Heh, itu mulut atau speaker bluetooth 15 watt? Asal kamu tau ya Ibu itu bukan cuma penunggu rumah sambil rebahan, tapi dia itu ruhnya rumah tangga, otak, hati, dan sistem keamanan spiritual keluarga.
Imam Al-Ghazali berkata, "Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jika engkau menyiapkan ibu yang baik, maka engkau menyiapkan bangsa yang baik."
Rasulullah SAW bersabda, "Perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 14, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun..."
Jadi jangan main-main dengan peran ibu.
Dia bukan sekadar perempuan di rumah, tetapi panglima tanpa pangkat, manajer tanpa gaji, dan guru tanpa upah. Masih juga ada yang meremehkan? Coba tukeran posisi 24 jam aja dulu, baru tahu rasanya. Apalagi ibu dengan empat orang anak yang sejak kecil diurus sendiri tanpa jasa baby sister ataupun pembantu.
Ibu itu multitasking level dewa, lagi masak sambil nyuapin anak, dengar podcast sambil nyuci piring, pegang hape sambil bantu PR, jadi psikolog saat anak remaja mulai tertarik dengan lawan jenisnya, jadi bodyguard 24 jam bagi anak gadisnya, tukang ojek sekolah dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mana ada kerjaan kantor yang sekompleks itu? Karyawan kalau multitasking kayak gitu, bisa langsung ambil cuti panjang. Bahkan tidak ada satu pun perusahaan yang mampu menggaji mereka.
Buat anak, ibu itu adalah,
Tempat curhat terbaik, tukang peluk saat dunia jahat, google berjalan saat cari barang yang hilang.
Buat suami, ibu alias istri itu,
Teman diskusi dari urusan politik sampai harga cabe, perawat saat sakit dan semangat saat bangkrut, alarm manusia dan motivator saat pengen nyerah.
Tetapi sayangnya ada juga yang suka nyinyir, "Ih, sekolah tinggi-tinggi masa cuma jadi ibu rumah tangga aja?"
Yaa maaf nih, “Cuma” jadi ibu itu artinya menjaga generasi, mendidik calon pemimpin, membangun peradaban dari ruang tamu. Kalau kamu gak kuat, ya memang bukan levelmu. Ibu itu bukan tukang minta uang. Dia itu manajer keuangan yang bisa nyulap gaji pas-pasan jadi cukup sebulan. Kalau ada sisa, bukan buat skincare, tetapi disimpan buat beli buku anak atau bayar les tambahan.
Dia bukan tukang duduk manis, tetapi pejuang tangguh tanpa jeda. Bagaimana tidak? Ibu selalu bangun lebih pagi dari ayam, tidur lebih malam dari lampu jalan.
Meremehkan peran ibu itu sama saja meremehkan tugas mulia dari Allah SWT. Karena surga itu, bukan di bawah kursi direktur atau panggung selebriti, tetapi di bawah telapak kaki ibu.
Jadi buat yang suka nyinyir ibu rumah tangga, coba deh hidup sehari di sandal jepit mereka. Pakai apron, masak sambil gendong bayi, lalu diskusi soal kurikulum sekolah sambil ngurus cucian. Kalau kuat, salut. Kalau enggak, ya minggir. Jangan ganggu ibu yang sedang berjihad mengurus masa depan umat. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar