Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Balap Liar dan Rem Blongnya Sistem Sekuler


Topswara.com -- Meski penetapan jam malam untuk anak di bawah umur Kota Surabaya diberlakukan, nyatanya aktivitas yang meresahkan warga masih terjadi. Minggu dini hari (6/7/2025), terjadi aksi balap liar dan kebut-kebutan. Aksi balap liar dengan start bermula dari depan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Polsek Wonokromo, Kompol Hengy Renanta merespons aksi balap liar yang kerap terjadi di kawasan Jl. Aditawarman dengan mengatakan bahwa pihak Polsek Wonokromo telah melakukan penjagaan di titik titik yang kerap dipergunakan sebagai tempat balap liar ataupun akses mereka melintas dan selama menekan aksi tersebut selalu terjadi kucing kucingan. 

Oleh karena itu, Unit Intelkam Polsek Wonokromo mengajukan kepada pihak Dishub (Dinas Perhubungan) kota Surabaya untuk mengkaji cara cara dalam upaya menekan aksi balap liar, kendati jam malam telah diberlakukan (bangsaonline.com, 6/7/2025).

Memang dari dulu balap liar selalu ada bahkan hingga kini makin merajalela. Suara knalpot kayak gergaji, debu-debu beterbangan kayak adegan film action, tapi sayangnya bukan Fast and Furious, tapi ini Fast and Gagal Fokus.

Anak-anak muda jaman now, gaspol di jalan tapi remnya blong di akhlak. Mau eksis, tapi malah nyaris eksis di ruang UGD. Kenapa bisa begini?

Akar Masalah

Pertama, anak ingin diakui eksistensinya.
Di era medsos, viral lebih penting dari vital. Mereka rela ngebut sambil wheelie, cuma biar masuk FYP. Kenapa? Karena pengakuan lebih berharga daripada keselamatan. Tragis, tapi nyata.

Kedua, kurangnya pengawasan orang tua. Banyak orang tua terlalu sibuk cari cuan, terlalu capek berjuang sendirian di tengah rimba kapitalisme hingga lengah saat anaknya sudah membawa motornya jam satu pagi. Parahnya, sering kali motornya belum lunas.

Ketiga, keberadaan negara hanya sebagai wasit, bukan pembina. Polisi datang kalau sudah ramai. Solusinya? Sweeping, kejar, tangkap atau bubarkan. 

Padahal, yang dibutuhkan bukan cuma bubarin kerumunan, tapi juga bimbingan. Tapi gimana mau bimbing, kalau sistemnya sendiri sekuler yang penting aman, bukan iman.

Keempat, sistem sekuler membuat anak bingung arah. Bagaimana tidak? Dalam sistem sekuler, agama dipinggirkan dari urusan publik. Agama cuma diajarkan di jam pelajaran, tetapi enggak diterapkan di kehidupan. Dampaknya anak hanya belajar sabar di kelas, tetapi teriak-teriak " Gas pol, rem blong" di jalan.

Anak sebenarnya tahu bahaya balap liar, tapi tetap nekat karena nggak ada sistem yang membentuk akhlak dan takwa. Dunia mengajarkan kebebasan, tapi lupa kasih batasan. Jadinya? Liar.

Anak dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, anak bukan cuma tanggung jawab orang tua, tapi juga tanggung jawab negara. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya" (HR. Bukhari Muslim).

Anak adalah amanah. Dalam Islam, mereka dididik bukan hanya agar pintar akademis, tapi agar bertakwa. Tujuan pendidikan Islam bukan jadi konten kreator, tapi menjadi khalifah fil ardh. Keren nggak tuh?

Solusi Islam Bukan Hanya Bubarkan, tapi Membina

Khilafah bukan cuma kasih sanksi buat yang balapan liar, tetapi juga membangun kepribadian Islam sejak dini melalui penerapan sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam. Sehingga anak tahu mana yang keren di mata manusia, dan mana yang mulia di sisi Allah SWT.

Negara juga akan memfasilitasi eksistensi halal. Mau balapan? Bisa, tetapi di arena resmi. Negara akan membangun sarana olahraga, komunitas pemuda, dan media positif yang mengarahkan bakat mereka dengan benar.

Untuk mendukung suksesnya sistem pendidikan Islam. Negara juga wajib menciptakan suasana yang mendukung keluarga agar bisa mendidik anak dengan benar, termasuk memberi edukasi parenting islami. Bukan cuma ngasih stiker “Sayangi Anak Anda” di kaca mobil.

Negara Islam akan memberi hukuman tegas dan edukatif sesuai hukum syariah yang tegas, tetapi adil dan menegakkan keadilan, bukan asal tilang demi target.

Jadi, balap liar itu bukan soal ngebut, tetapi soal kehilangan arah. Anak-anak kita bukan nakal, tetapi salah dibesarkan sistem. Jangan salahin gas, kalau yang rusak sistem remnya sekularisme.

Maka, solusi bukan cuma sweeping, kejar, tangkap atau bubarkan, tapi sweeping sistem yang rusak, dan ganti dengan sistem Islam, yakni khilafah islamiyah yang akan menjaga anak-anak, membimbing pemuda, dan membina masyarakat.

Oleh karena itu, kalau mau anak kita eksis di dunia dan mulia di akhirat, yuk dukung perubahan sistem dari sistem sekuler menuju sistem Islam kaffah dalam bingkai daulah khilafah. Allahu Akbar! []


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar