Topswara.com -- Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Raya Iduladha. Sebuah momen sakral yang ditandai dengan dilaksanakannya ibadah kurban.
Jutaan hewan di seluruh dunia disembelih, dagingnya dibagikan kepada yang membutuhkan, sebuah manifestasi nyata dari ketaatan, solidaritas, dan kepedulian sosial yang tinggi dari umat Islam.
Kurban adalah salah satu dari sekian banyak ritual yang kita pahami sebagai bagian tak terpisahkan dari Islam, untuk menguatakan ikatan spiritual antara individu dan Sang Pencipta, serta sesama manusia.
Namun, jika kita hanya melihat Islam sebatas ritual seperti kurban, salat, atau puasa, kita mungkin akan kehilangan gambaran yang lebih besar. Ada pemahaman yang lebih dalam yang perlu direnungkan : bahwa dalam Islam, spiritualitas adalah salah satu aspek, tetapi bukan keseluruhan definisi Islam itu sendiri.
Jika saat ini kita bercita-cita untuk mempersatukan dunia Islam, mengandalkan ikatan spiritual semata tentu tidak akan cukup. Yang dibutuhkan adalah fondasi yang lebih kokoh, sesuatu yang melampaui ranah privat individual serta merangkul dimensi kolektif sosial.
Islam sebagai Ideologi dan Sistem Politik : Pilar Persatuan Umat
Persatuan umat Islam yang sejati tidak bisa hanya bergantung pada kesamaan ritual maupun pemahaman teologis yang beragam diantara umat Islam. Islam itu unik. Keunikan tersebut, membuat kita tidak bisa melihat Islam secara parsial.
Untuk menyatukan umat dari Maroko hingga Merauke, dengan berbagai latar belakang budaya dan mazhab fikihnya, kita harus melihat Islam sebagai sebuah ideologi dan sistem politik yang komprehensif. Terjebak dalam sudut sektarian, membuat kita gagal dalam memahami Islam secara keseluruhan.
Ini berarti menempatkan Islam bukan hanya sebagai pedoman spiritual, tetapi juga sebagai kerangka kerja untuk mengatur hubungan sosial, ekonomi, maupun pemerintahan.
Ketika kita berbicara tentang umat Islam, kita tidak lagi mengacu pada fragmentasi identitas berdasarkan negara bangsa atau sekte, melainkan pada sebuah entitas global yang terhubung dalam satu visi dan misi kehidupan.
Perpecahan yang kita saksikan hari ini di dunia Islam tidak terjadi begitu saja. Pengaruh Sekularisasi yang dibawa oleh antek-antek Barat telah berhasil memecah belah umat terbaik ini menjadi entitas-entitas negara bangsa yang terpisah, menggantikan struktur Kekhilafahan Islam yang sepanjang sejarah telah mempersatukan mereka.
Membangun Kembali Kesadaran Politik Islam: Jalan Menuju Persatuan
Untuk mengembalikan persatuan umat Islam, yang kita yakini akan menjadi penutup akhir zaman, langkah pertama adalah menyadarkan umat akan aspek politik dan ideologis Islam.
Kesadaran ini akan mengubah pandangan mereka dari sekadar aktivitas spiritual-individual, menjadi pemahaman bahwa Islam adalah sebuah proyek kolektif untuk menciptakan tatanan yang sesuai dengan tujuan diturunkannya Islam.
Dengan pemahaman bahwa Islam tidak hanya berkutat hanya pada aktifitas salat, puasa, atau zikir saja, tetapi juga mencakup upaya mewujudkan institusi formal Kekhilafahan Islam, umat akan kembali menemukan tujuan bersama.
Ini adalah panggilan untuk membangun kembali persatuan yang hilang, di atas dasar ideologi politik Islam yang kuat, demi masa depan di mana umat Islam kembali menjadi kekuatan yang satu dan berpengaruh di panggung dunia.
Khatimah
Maka, sudah saatnya kita melihat kurban lebih dari sekadar potongan daging yang dibagikan atau sajadah yang terhampar. Iduladha, dan setiap rukun Islam lainnya, adalah pengingat bahwa Islam bukan hanya mengatur aspek individual melainkan juga aspek politik dan sosial.
Jangan biarkan laju sejarah umat Islam terhenti pada perpecahan. Bangkitlah, pahami kembali Islam secara integral, dan berjuanglah untuk tegaknya institusi formal yang akan menyatukan umat ini.
Kekhilafahan Islam bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan harapan masa depan menuju persatuan global yang diimpikan. Bersediakah Anda menjadi bagian dari perubahan monumental ini?
Wallahu A'lam bish Shawwab.
Trisyuono D.
(Aktivis Muslim)
0 Komentar