Topswara.com -- Tak dipungkiri lagi sekat nasionalisme telah memutuskan urat persaudaraan antar muslim umat seluruh dunia. Para aktivis Global March to Gaza mengalami penahanan di Rafah karena di hadang aparat Mesir. Mereka memohon kepada petugas untuk masuk memberikan bantuan kepada saudara-saudara di Palestina yang kelaparan.
Sungguh miris melihat kejadian ini, mereka yang memiliki kepedulian dan mampu mengikuti aksi tersebut merasakan betapa pedihnya penderitaan yang terjadi di Gaza. Dan mereka pun tidak bisa menembus pertahanan di sana karena penuh penjagaan yang ketat.
Pemerintah Mesir dilaporkan mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza. Aksi Global March to Gaza yang sedianya dimulai pada Minggu (15/6/2025) besok bertujuan untuk menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza yang digempur Israel sejak Oktober 2023.
Seorang pejabat Mesir menyatakan, pemerintah setempat telah mendeportasi lebih dari 30 aktivis di hotel dan Bandara Internasional Kairo. Pejabat itu menyebut para aktivis dideportasi karena "tidak mengantongi izin yang diperlukan."
Pemerintah Mesir secara terbuka menentang blokade Israel di Gaza dan mendesak gencatan senjata segera. Namun, Kairo juga getol membungkam pembangkang dan aktivis yang mengkritik hubungan ekonomi dan politik Mesir-Israel, dikutip dari kompas.tv (12/26).
Kaki Tangan Barat
Ketika umat Muslim masih tersekat oleh garis imajiner yaitu sekat nasionalisme yang dipecah-pecah Barat, maka tidak akan mampu menolong saudara kita Palestina.
Bagaimana tidak? Para penguasa Arab sudah menjadi kaki tangan Barat untuk terus memberikan perlindungan kepada penjajah dari pihak-pihak yang ingin mempersatukan Islam. Penguasa negeri - negeri Arab sudah tidak lagi memikirkan genosida yang ada di Gaza.
Mereka lebih takut dengan Barat dari pada takut pada azab Allah SWT. Inilah kemunafikan penguasa Arab akibat nasionalisme yang memisahkan saudara sesama Muslim. Di sisi lain hegemoni Barat semakin kuat dengan adanya kunjungan-kunjungan presiden Trump ke negeri-negeri Arab.
Tidak bisa dielakkan lagi, penguasa negeri-negeri Arab tunduk dengan aturan Barat dan sangat mudah disetir gerak langkahnya. Termasuk untuk menghalangi aktivis yang akan memberikan bantuan kepada warga Gaza pun terhalang aparat Mesir. Sungguh ironis kejadian yang menyayat hati, karena seperti musuh dalam selimut para penguasa negeri-negeri Arab itu.
Walaupun mereka Muslim, tapi sudah tidak ada lagi ikatan perasaan yang sama. Jika hal ini terus-menerus terjadi, umat Islam akan mudah sekali tercerai-berai karena tidak ada ikatan yang kuat.
Nasionalisme
Umat Islam harus paham betapa bahayanya sekat nasionalisme ini. Nasionalisme ini ibarat penyakit yang harus segera diobati, dan sadar bahwa umat Islam sekarang ini sedang sakit. Maka perlunya kesadaran penuh untuk menyembuhkan dari penyakit itu.
Jika melihat sejarah nasionalisme ini telah menghancurkan daulah Islam yang sudah eksis selama 13 abad silam. Dunia penuh kedamaian karena menerapkan hukum Islam secara sempurna.
Oleh karenanya, umat Muslim harus sadar betul kalau nasionalisme ini hanyalah alat untuk memecah belah umat Islam agar tidak bisa membangun kekuatan untuk mengembalikan kejayaan seperti dulu khilafah Islam tegak. Dan sekali lagi konflik di Gaza tidak akan bisa selesai jika Islam belum bersatu dan jihad memerangi zionis Israel.
Untuk itu bersatulah umat Islam, Gaza dan saudara-saudara muslim kita yang tertindas di seluruh dunia sangat menantijan kita untuk membebaskan mereka. Sudah puluhan ribu jiwa korban yang syahid akibat hilangnya junnah bagi umat Islam.
Oleh: Munamah
Aktivis Muslimah
0 Komentar