Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Agar Terkabulnya Doa





MutiaraUmat.com -- Jadilah orang yang cerdas, berjuanglah mengenal Zat yang Kamu sembah sebelum kamu mati, Mintalah kepada-Nya seluruh kebutuhanmu di waktu malam dan siang. Permintaan kepada-Nya adalah Ibadah. Demikian nasihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.

Nasihat dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memang sangat bijak. Mengenal Tuhan dengan lebih dalam dan mendekatkan diri kepada-Nya adalah pondasi penting dalam kehidupan spiritual. Selain itu, memohon kepada-Nya dalam segala hal, baik di waktu malam maupun siang, menunjukkan rasa ketergantungan dan kepatuhan yang kuat. Dengan memandang permintaan kepada-Nya sebagai ibadah, kita menjadikan setiap aspek kehidupan kita sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga kita semua dapat mengikuti nasehat tersebut dalam menjalani kehidupan kita.

Wahai Muridku, peganglah pedang tauhid dan perisai wara' dengan tanganmu. Kendarailah kuda kejujuran dan keinginanmu. Arahkan serangan ikhlasmu terhadap nafsumu, hasrat, tabiat, dan penyekutuan dengan makhluk, dunia, dan syetan. Sungguh pertolongan dan bantuan dari Allah SWT pasti datang kepadamu.

Nasehat ini sungguh memotivasi untuk menjalani kehidupan dengan penuh keteguhan dan kejujuran dalam mengamalkan tauhid. Pedang tauhid dan perisai wara' menjadi simbol perlindungan dan kekuatan dalam menghadapi segala rintangan dan godaan yang menghalangi kita dari jalan yang lurus. Kendaraan kuda yang dimaksudkan adalah semangat untuk mencapai kejujuran dan memenuhi keinginan yang baik serta halal.

Dalam perjalanan menuju Allah, kita harus memerangi nafsu, keinginan duniawi, dan godaan dari syetan. Ketulusan hati dalam menjalani segala hal akan menjadi senjata utama kita untuk mencapai kebahagiaan dan keberkahan yang dijanjikan. Dengan memandang Allah sebagai sumber pertolongan dan bantuan yang pasti, kita akan selalu merasa kuat dan percaya diri dalam menghadapi segala tantangan.

Bagaimana agar terkabulnya doa kita menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terkabulnya doa kita tergantung pada beberapa faktor penting. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat membantu agar doa kita dikabulkan:

1. Ikhlas (Ketulusan): Doa haruslah dilandasi oleh ketulusan hati dan niat yang murni, tanpa adanya kedok atau motif tertentu selain ingin mendekatkan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.

2. Ketaatan dan Kehidupan yang Benar: Kita perlu hidup sesuai dengan ajaran agama dan menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah dengan baik. Ketaatan ini mencakup segala aspek kehidupan, seperti ibadah, akhlak, dan hubungan dengan sesama.

3. Berdoa dengan Keyakinan (Yaqin): Percaya sepenuh hati bahwa Allah mendengar doa kita dan Dia mampu mengabulkannya. Keyakinan yang kuat akan memperkuat doa kita.

4. Menghindari Dosa dan Kesalahan: Menjauhi dosa dan kesalahan adalah langkah penting dalam memperoleh keridhaan Allah. Kita perlu memperbaiki diri dan memohon ampunan atas kesalahan yang pernah kita lakukan.

5. Bertahan dalam Doa: Kita perlu terus bertahan dalam berdoa, tanpa putus asa meskipun terkadang tidak langsung dikabulkan. Allah mungkin mengabulkan doa kita dengan cara yang kita tidak duga.

6. Memohon kepada Allah dengan Tawassul (Pengantara): Beberapa ulama mengajarkan bahwa memohon kepada Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia, atau dengan menyebut perantara-perantara yang diakui keutamaannya dalam agama (seperti para nabi atau orang-orang saleh), dapat memperkuat doa kita.

7. Berdoa dengan Menggunakan Kalimat yang Diajarkan Nabi: Menggunakan kalimat doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW juga merupakan cara yang baik untuk memperoleh kemungkinan doa dikabulkan.

8. Bersabar dan Bersyukur: Bersabar dalam menunggu waktu yang tepat untuk doa dikabulkan, dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah, baik doa kita dikabulkan atau tidak.
Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, kita dapat meningkatkan kemungkinan agar doa kita dikabulkan sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Jauhilah perbuatan zalim, karena perbuatan dzalim adalah kegelapan di hari kiamat. Perbuatan dzalim akan menghitamkan hati dan wajah.

Nasihat ini menegaskan pentingnya menjauhi perbuatan dzalim, atau kezaliman, karena dampaknya yang sangat berat, terutama di hari kiamat. Kezaliman tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga berdampak negatif pada diri kita sendiri.

Kezaliman merupakan kegelapan di hari kiamat karena di saat itu segala perbuatan kita akan diungkap dan dipertanggungjawabkan. Perbuatan dzalim akan menghitamkan hati dan wajah seseorang, menunjukkan bahwa kezaliman membawa dampak spiritual yang sangat buruk.

Sebagai hamba Allah, kita dituntut untuk hidup dalam keadilan, kasih sayang, dan kebaikan kepada sesama. Menghindari perbuatan dzalim adalah salah satu cara untuk menjaga hati dan wajah kita tetap bersih dan terang di hadapan Allah.

Dengan menjauhi perbuatan dzalim dan menggantikannya dengan kebaikan dan keadilan, kita dapat memastikan bahwa kita menjalani kehidupan yang benar di dunia ini, dan diharapkan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.

Siapa pun yang memperbagus amalnya di dunia maka Allah pasti berbuat baik kepadanya di dunia dan diakherat. Demikian Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Nasihat dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan pentingnya memperbaiki amal kita di dunia sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Ini mencerminkan prinsip bahwa kebaikan yang kita lakukan akan mendatangkan balasan yang baik pula dari Allah.
Dengan melakukan amal-amal kebaikan, seperti berbuat baik kepada sesama, memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, dan menjalani hidup dengan kejujuran dan kebenaran, kita memperbagus amal kita di dunia. Dan Allah, Yang Maha Adil dan Maha Pengasih, akan memberikan balasan yang baik kepada hamba-Nya yang berusaha untuk melakukan kebaikan tersebut.
Balasan dari Allah tidak hanya diperoleh di dunia ini, tetapi juga di akhirat. Di dunia, balasan bisa berupa kebahagiaan, kesuksesan, atau kemudahan hidup, sedangkan di akhirat, balasan tersebut bisa berupa surga dan kenikmatan yang abadi.

Dengan memperhatikan nasehat ini, kita diingatkan untuk selalu berusaha memperbaiki amal kita di dunia ini dengan harapan untuk meraih balasan yang baik dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

Tidak ada yang menolakmu dari ketaatan dan pengesaan-Nya kecuali dosa-dosamu, kebodohanmu, kehancuran agamamu, dan keterhalanganmu. Sebentar lagi engkau akan mengalami penyesalan.

Nasehat ini menyoroti bahwa tidak ada yang menghalangi seseorang dari mendekatkan diri kepada Allah kecuali dosa-dosanya, kebodohannya dalam memahami agama, kehancuran agamanya, dan keterhalangan yang mungkin dimilikinya. Ini adalah peringatan bahwa hambatan untuk mencapai ketaatan dan ketundukan kepada Allah sering kali berasal dari diri kita sendiri.

Dosa-dosa yang kita lakukan bisa menjadi penghalang utama dalam mencapai ketaatan kepada Allah. Begitu juga dengan kebodohan terhadap ajaran agama dan kehancuran agama yang disebabkan oleh sikap dan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang benar.

Selain itu, keterhalangan atau rintangan dalam diri seseorang, seperti sifat-sifat negatif atau kebiasaan buruk, juga bisa menjadi penghalang dalam mencapai ketaatan kepada Allah. Penyesalan terhadap segala kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan diharapkan akan mendorong seseorang untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Nasehat ini mengajak kita untuk merefleksikan diri, mengenali dosa-dosa kita, meningkatkan pengetahuan agama, memperbaiki akhlak dan sikap, serta berusaha untuk mengatasi segala rintangan yang menghalangi kita dari mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, kita dapat menghindari penyesalan di masa depan dan mendapatkan keberkahan serta kebaikan dalam hidup ini dan di akhirat kelak.

Allah SWT berfirman
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut (29): 69)

Sobat. Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak.

Allah berfirman: (Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-hajj/22: 40)

Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.

Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya:
Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 47)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu, adalah perbuatan baik. 

Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar