Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bagaimana Menjemput Jodoh dengan Ridha Allah SWT?

Topswara.com -- Ustaz, bagaimana caranya kita menjemput jodoh dengan ridha Allah SWT? (Ismaya N., Malang).

Jawab :
Jodoh itu bagian dari rezeki. Jemputlah jodoh seperti kita menjemput rezeki, yaitu carilah dengan cara yang halal, jauhi cara yang haram. Dan menjemput rizki yang halal itu, ada 3 (tiga) kuncinya : iman bahwa rezeki itu dari Allah, wajib ikhtiyar, dan wajib tawakkal.

Dalil bahwa jodoh itu bagian dari rezeki, sabda Rasulullah SAW :

مَنْ رَزَقَهُ اللهُ امْرَأَةً صاَلِحَةً فَقَدْ أَعاَنَهُ عَلىَ شَطْرِ دِيْنِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي الشَّطْرِ الْباَقِيْ. رواه الحاكم

“Siapa saja yang diberi rezeki (karunia) oleh Allah seorang istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya untuk mengamalkan setengah agamanya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah untuk setengah yang sisanya.” (HR. Al-Hakim, Al-Mustadrak, 2/175; Al-Thabrani, Al-Mu’jamul Awsath, 1/294).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda : 

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدْ كَمُلَ نِصْفُ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ اْلآخَرِ " . رواه البيهقي في الشعب عن الرقاشي ( قال الألباني عن الحديثين في صحيح الترغيب والترهيب (1916) : حسن لغيره " )

“Jika seorang hamba menikah maka sungguh dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah untuk setengah yang sisanya.” (HR. Al-Baihaqi, dalam kitabnya Syu’abul Iman. Kata Syekh Nashiruddin Al-Albani, kedua hadits di atas terdapat dalam kitab Shahīh Al-Targhīb wa Al-Tarhīb, no. 1916, dan keduanya adalah hadis hasan li-ghayrihi).

Dalil bahwa jemputlah jodoh seperti kita menjemput rezeki, yaitu carilah dengan cara yang halal, jauhi cara yang haram, adalah sabda Rasullah SAW :

لاَ تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، فَإنَّهُ لَمْ يَكُنْ عَبْدٌ لِيَمُوْتَ حَتىَّ يَبلُغَهُ آخِرُ رِزْقٍ هُوَ لَهُ ، فَاتَّقُوا اللهَ ، وَأَجْمِلُوْا فَي الطَّلَبِ ، أَخْذُ الْحَلاَلِ ، وَتَرْكُ الْحَرَامِ. رواه ابن ماجه [ ص: 351 ] ، واللفظ له ، والحاكم.

“Janganlah kamu merasa rezeki itu lambat datangnya (sehingga kamu mencarinya lewat jalan haram), karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, kecuali telah sampai ke akhir rezeki yang merupakan bagiannya, maka perbaikilah caramu dalam mencari rezeki; ambillah rizki yang halal dan tinggalkan yang haram”. (HR. Ibnu Majah, dan Al-Hakim, Al-Mustadrak, (2/4) dan dishahihkan oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Al-Shahīhah, no. 2607).

Adapun bahwa menjemput rezeki yang halal itu kuncinya ada tiga, yaitu rezeki biyadillah, ikhtiyar, dan tawakkal, penjelasannya sebagai berikut :

Kunci pertama, carilah rezeki dengan keimanan bahwa rezeki itu hanya di tangan Allah saja (ar rizqu biyadillāhi wahdahu), bukan dari siapa pun atau apa pun selain Allah. Dalilnya firman Allah SWT :

وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَيِّباً

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu.” (QS Al-Māidah: 88).

Firman Allah SWT :

الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki.” (QS Ar-Rūm : 40).

Firman Allah SWT :

أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللهُ

“Nafkahkanlah sebahagian dari rezki yang diberikan Allah kepadamu.” (QS Yasin : 47).

Ayat-ayat di atas dengan jelas dan pasti (qath’ī) menunjukkan bahwa yang memberikan rezeki kepada manusia hanyalah Allah SWT semata. Jadi rezeki itu di tangan Allah, bukan di tangan manusia. 

Maka tidak boleh seorang muslim berkeyakinan bahwa rezeki itu berasal dari dirinya sendiri, yakni tidak boleh dia meyakini dia mendapat rezeki itu karena usahanya sendiri, bukan rizki dari Allah. (lihat QS Al-Qashash : 78). (Prof. Muhammad ‘Ali Al-Hasan, Mafāhīm Yajib Tash-hīhuhā fī At-Tawakkul wa Ar-Rizqi wa Al-Ajal).

Kunci kedua, carilah rezeki itu dengan ikhtiyar (usaha/upaya) yang berjalan sesuai dengan sunnatullah (kaidah kausalitas/sebab-akibat), bukan hanya diam berpangku tangan. Dalilnya firman Allah SWT :

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

"Dialah (Allah) yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk : 15).

Firman Allah SWT :

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۝١٠

"Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung." (QS Al-Jumu'ah : 10).

Kunci ketiga, carilah rezeki dengan sikap batin tawakkal atau pasrah jiwa kepada Allah. Jangan salah paham terhadap makna tawakkal yang sering dipahami sebagai sikap pasrah secara fisik (lahiriah) atau tidak berbuat apa-apa alias berdiam saja. Dalilnya hadis dari ‘Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berikut ini :

عَنْ عُمَرَ بْنِ الَخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قاَلَ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَماَ يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُوْ خِمَاصاً، وتَرُوْحُ بِطَاناً. رواه الترمذي وابن ماجة وأحمد.

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb RA, dari Nabi SAW, bahwa Nabi SAW telah bersabda,"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rizki kepada seekor burung. Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kempes dan pulang pada sore hari dalam keadaan buncit (kenyang)." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadits shahih). Wallāhu a'lam.

Yogyakarta, 18 Maret 2024


Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi
Ahli Fiqih Islam 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar