Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Euforia Idola yang Salah? Nauzubillah!


Topswara.com -- Girl band asal Korea Selatan BLACKPINK tampil pada konsernya yang bertajuk BLACKPINK BORN PINK In Jakarta di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu 11 Maret 2023. Dalam konser hari pertamanya BLACKPINK membawakan sejumlah lagu diantaranya Pink Venom, How You Like That dan Kill This Love. 

Kunjungan Blackpink ke Indonesia adalah dalam rangka melanjutkan rangkaian konser dunia. Konser yang diadakan selama dua hari, 11-12 Maret 2023 ini, dikabarkan sukses memuaskan para Blink, sebutan untuk penggemar Blackpink. 

Nah, ada beberapa hal tentunya yang perlu diketahui dari beragam fakta serba-serbi konser Blackpink ini. Sehingga bisa jika ada pertanyaan apakah konser serupa penting atau tidak untuk diadakan.  Apalagi melihatnya harus dari sudut pandang Islam sebagai akidah yang  mengatur urusan dunia-akhirat manusia.

Fakta pertama terkait konser Blackpink yang baru saja usai di GBK kemarin, ternyata merupakan konser kedua di Indonesia. Sebelumnya, pada Januari 2019 Blackpink pernah melakukan konser di Indonesia dalam agenda tur yang bertajuk In Your Area World Tour. Konser tersebut digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang pada 19-20 Januari 2019.

Kedua, konon kabarnya Girl Group Korea Pertama yang Konser Tunggal di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Blackpink menjadi girl group Korea pertama yang menggelar konser tunggal di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). 

Sebelumnya, beberapa musisi yang pernah melakukan konser di GBK, adalah Guns N’ Roses, Bon Jovi, Metallica, Linkin Park, One Direction, dan Raisa. Artinya, Blackpink cukup istimewa bukan? Hingga bisa pakai GBK. Kalau dari artis Indo sendiri cuma Raisa yang pernah pakai, gitu kan?

Selanjutnya, fakta yang ketiga adalah konser ini ternyata dijaga Lebih dari 1000 Personel Gabungan TNI-Polri. Ribuan personel ini diturunkan untuk memastikan kelancaran acara serta menjaga keamanan keempat member Blackpink, Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa. Wow! Super sekali penjagaannya bukan? Mungkin dalilnya tamu kali ya, karena orang asing, makanya kudu dijaga. 

Keempat, para artis tanah air tidak mau kalah atau ketinggalan untuk menonton konser Blackpink ini. Beberapa dari mereka ada yang menonton bersama teman dan pasangannya. Tidak tahulah pasangan halal atau non halal. Sedangkan beberapa lainnya mengajak keluarga tersayangnya. 

Kelima, luar biasa fantastis. Konser ini tercatat telah dihadiri oleh lebih dari 70 ribu penggemar. Makanya kalau kita saksikan dalam unggahan video konsernya di YouTube semacam lautan manusia pakai baju pink-black di GBK. 

Keenam, grup girl band asal Korea Selatan ini diketahui meraup banyak pendapatan tiap kali tampil di sejumlah kota maupun di negara lain. Tidak terkecuali juga di Indonesia yang antusiasnya begitu besar. 

Dikutip dari laman Liputan6.com pendapatan Blackpink selama tampil di Prudential Center, Newark, Amerika Serikat pada tahun lalu (14-15/11/2022) meraup angka US$3,298 juta per malam atau sekitar RP50,72 miliar. Bahkan Blackpink disebut-sebut sebagai grup wanita dengan penghasilan tertinggi selama konser di Amerika Selatan berkat penampilannya di Newark. 

Lalu bagaimana kita menyikapi fenomena ini? 

Pertama, kita lihat dari sudut pandang keuntungan ekonomi. Siapa yang diuntungkan paling banyak? Menurut Menparekraf Sandiaga Uno jumlah penonton Blackpink di Jakarta bahkan mencapai sekitar 70 ribu orang hanya dalam waktu sehari itu bisa membawa berkah lapangan kerja untuk UMKM sekitar Kawasan GBK. 

Really? Kalau dihitung-hitung, berapa sih yang didapat? Dan itu hanya untuk dua hari bukan? Seterusnya? UMKM di lapangan sepertinya banyak yang bagai keraka tumbuh di batu. Bandingkan dengan keuntungan miliaran/hari yang didapatkan oleh artis dan penyelenggara konsernya. 

Memang, mungkin kementerian pariwisata merasa beruntung dengan kehadiran artis-artis luar negeri atau konsernya karena tadi bisa memasarkan produk UMKM, atau mungkin sebagai ajang promosi pariwisata untuk asing masuk ke Indonesia. Begitu kah

Kedua, kita lihat segi keamanan atau pengamanan. Tentu ini bicara peran negara. Ditutunkannya ribuan personal untuk menjamin kelancaran konser dan keamanan artis memberikan arti bahwa kegiatan itu penting. Tetapi benar tidak itu penting? Coba kalau 1000 personel gabungan itu dikerahkan untuk mengamankan pembubaran/ persekusi ceramah-ceramah asatidz?, Inikan luar biasa. 

Tetapi sudah berapa kita saksikan  pengamanan yang minimalis sekali untuk kegiatan keagamaan. Bahkan tindakan represif sebagian oknum ketika membubarkan pengajian, tidak ada keamana gabungan terdengar dikerahkan. 

Contoh kisah adalah almarhum Syeikh Ali Jaber, bisa pula beliau tertusuk saat ceramah. Di mana kemanannya? Berapa personel yang dikerahkan untuk menjamin hidup seorang ulama yang ceramah? Ini  sangat ironis bukan? Negara memfasilitasi konser yang penuh maksiat, tetapi melalaikan perlindungan terhadap ulama. 

Ketiga, dari segi interaksi sosial. Konser semacam ini jelas merusak tatanan sosial masyarakat. Apalagi khususnya di Indonesia yang mayoritas Muslim. Kita bisa saksikan, berapa banyak penonton di GBK itu yang berhijab? Bahkan yang tidak berhijab juga belum tentu non Muslim, bukan? Mereka berhijab, yang ditonton mengumbar aurat, setengah telanjang. Naudzubillah. Ini sungguh tidak lazim sebenarnya. Karena jika seseorang menjunjung keyakinan dan ajarannya, tentu perkara-perkara yang dilarang tidak mungkin lagi disukai. 

Namun jelas sekali, gaya hidup hedon dan liberal sudah bisa kita katakan hampir sukses sempurna merusak generasi umat ini. Umbar aurat, bebas berjalan dengan lelaki bukan mahram, campur baur tidak karuan di konser, desak-desakan, gesek-gesekan. Hingga hilanglah kemuliaan kaum muda kita. 

Memang, kalau yang dipakai adalah sudut pandang sekuler-liberal, tentu nanti akan muncul kalimat, “kan cuma nonton konser, apa salahnya? Gak ngapa-ngapain kok.“ Ini contoh kalimat berbisa dan beracun yang sering disebarkan. 

Sadar atau tidak, pengrusakan kaum muda/generasi melalui life style Barat yang liberal salah satunya adalah dengan musik/song. Gaya hidup para artis yang glamour dan mewah membuat setiap orang ingin mendapatkannya. 

Maraknya fenomena gaya membebek dan ikut-ikutan tren di kalangan masyarakat sekuler seperti negeri ini, muncullah  fenomena FOMO (fear of missing out) takut ketinggalan. 

Karena lingkungan atau pertemanannya adalah kalangan hedon.  Meskipun sebenarnya ia bukanlah fans atau suka dengan kehidupan konser, tapi karena sudah FOMO, akhirnya ikut-ikutan membebek. Takut dibilang gak gaul atau gak asyik. 

Keempat, para publik figur bahkan politikus bersama keluarga mereka begitu antusias menyaksikan konser Blackpink dengan memakai outifit-outfit yang harganya bikin geleng-geleng kepala. 

Apalagi di tengah kondisi negara sedang darurat korupsi dan bongkar-bongkar borok pejabat yang hedon telah menelan uang negara yang notabene titipan rakyat.  Rakyat sedang susah dan tertekan, publik figurnya pamer kekayaan dan harta di konser. 

Kelima, terkait misi atau pesan konser Blackpink, tidak berlebihan jika disebutkan ada misi global dibaliknya. Tidak ubahnya dengan artis lainnya yang bertaraf internasional dan membawa pesan terselubung. 

Salah satunya adalah kebebasan berekpresi dan juga berpendapat yang merupakan hasil liberalisme. Terbukti penampilan mereka saat konser keliling dunia itu serampangan dan vulgar. Meskipun ada yang mengatakan kalau di negeri Arab, konsernya agak sopan. Namun sopan defenisi siapa? Kalau defenisi Islam, sopan itu berpakaian sesuai syar'i bukan hawa nafsu manusia. 

Selain itu, dalam lirik-lirik lagu dinyanyikan juga membuktikan misi kebebasan itu. Contohnya sebagai berikut. 

I say “fuck it”  when I feel it, cause no one’s keep in ‘tally (aku sungguh tak peduli apapun, karena penilaian orang tidak ada yang benar)
I do what I want with who I like (aku lakukan apa yang kumau dan orang yang kusuka)

Bukankah lirik lagu tersebut mengajak para penggemarnya untuk “masa bodoh” dengan apapun yang penting I want I like? Kebebasan bukan? Nah, inilah kenapa selalu banyak yang mengatakan bahwa budaya liberal itu memang sengaja diekspor untuk merusak generasi suatu negara/ bangsa. Khususnya umat Islam. 

Selanjutnya bicara idola dalam perspektif aqidah Islam, tidak layak dijadikan rujukan. Apalagi nanti jika dikaitkan dengan fenomena satanic (penyembah setan) yang rentan terjadi di dunia entertainment Barat liberal, jelas bertentangan dengan akidah. 

Memang tidak semua artis atau musik bisa dikaitkan dengan satanic. Perlu bukti akurat. Untuk kasus girl band ini, ada satu video lagu yang sangat viral dengan judul How you like that, sebagian pengamat satanic mengatakan ada beberapa simbol-simbol khas satanic

Memang kalau dilihat secara langsung videonya, ada semacam gambar sayap besar yang mengidentikkan Lucifer, mata satu, dan segitiga-segitiga yang sering muncul di belakang-belakang penampilan dalam video itu. Apalagi konon kabarnya Blackpink juga pernah duet dengan Lady Gaga. Owww!!!

Tentunya kalau bicara satanic, ini sudah sangat bertentangan dengan keimanan bahkan bisa membuat penyembahnya murtad atau kafir. Sebab setan menjadi sembahan dan diyakini menjadi pelindung serta pembawa keberuntungan. 

Sangat bertolak belakang dengan keimanan dalam Islam yang hanya mentauhidkan Allah SWT, dan menaati syariat-Nya secara totalitas. Inilah buktinya, tanpa ada penerapan islam kafah, akidah umat tidak terjaga, dan kerusakan semakin parah. So, euforia idola yang salah? Naudzubillah


Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar