Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rohingya dan Sikap Hipokrit Dunia atas Penderitaan Kaum Muslim


Topswara.com -- Pada tanggal 30 Desember 2022, lewat akun Twitter-nya, UNHCR menghimbau pada negara-negara regional untuk menyelenggarakan pencarian dan penyelamatan pengungsi Rohingya yang rela membahayakan nyawa dengan mencari suaka lewat jalur laut. 

Tetapi, apakah yang bisa diharapkan dari himbauan online tanpa adanya suatu perlakuan tegas pada rezim Myanmar. Sebagai diketahui Myanmar merupakan tanah air, kampung halaman, serta penyebab terlunta-luntanya pria, wanita, dan anak-anak Rohingnya di lautan? Yang bisa menjamin kesejahteraan pengungsi Rohingnya adalah kembalinya mereka pada tempat asal mereka, namun hal ini bukanlah sesuatu yang dapat diwujudkan oleh PBB. 

Bagai suatu rentetan kisah dari kegagalan-kegagalan PBB dalam merealisasikan solusi bagi permasalahan di Sebrenica, Irak, Libia, Suriah, Palestina, dan bahkan Ukraina. Seperti mati kutu, tak mampu mencegah dan tak berdaya pula untuk mengobati.

Dunia Bungkam Atas Penderitaan Kaum Muslim

Bukan suatu yang mengagetkan jika ada negara yang menolak dan menerima pengungsi. Hal ini disebabkan oleh dampak yang akan terjadi kedepannya. Menerima pengungsi berarti menambah beban ekonomi pada pemerintah daerah. Adapun dampak sosial seperti ketidakcocokkan pengungsi dengan masyarakat lokal. 

Cerita tentang pencari suaka sudah pernah terjadi di zaman Rasulullahï·º, dan bahkan Rasulullahï·º sendiri dan para sahabat-sahabatnya menjadi pelaku di dalamnya. Ketegangan di kota Mekkah telah mengancam keselamatan Rasulullahï·º dan para pengikutnya. Tak aman lagi ditinggali, kaum Muslim pun mengungsi ke Madinah. 

Sesampainya di Madinah, Allah mengabadikan perlakuan penduduk Madinah pada kaum Muslim dalam Q.S.Al Hasyr ayat 9, yang berbunyi:
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhjrah ke tempat mereka. Dan merea tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 

Tak ada pengusiran terhadap pencari suaka (muhajirin), yang ada hanyalah penerimaan yang suka cita dari penduduk Madinah pada kaum Muhajirin. Kaum Ansar mencintai kaum Muhajirin sebagaimana mereka mencintai saudara mereka sendiri.

Islam Melindungi Hak-Hak Kaum Muslim

Di dalam buku yang bertajuk mengenai kajian perbandingan hak-hak pencari suaka dalam syariat Islam dan hukum internasional, Prof. Dr. Ahmad Abu al-Wafa’ mencatat bahwa dalam syariat Islam, kedaulatan negara perihal penerimaan pengungsi adalah sebagai berikut, yaitu keharusan memberikan suaka kepada setiap orang yang membutuhkan bantuan atau yang menghadapi resiko penganiayaan atau penyiksaan.

Keharusan menerima pencari suaka/pengungsi yang datang untuk tujuan mendengar kalam Allah. Juga keharusan mengantarkan pengungsi ke tempat yang aman apabila hak atas suakanya hilang dan seiring dengan itu, larangan pemulangan pencari suaka/pengungsi ke daerah dimana dikhawatirkan mereka akan mengalami penyiksaan.

Terakhir penghormatan penguasa di negara-negara Islam terhadap suaka yang diberikan individu atau orang biasa. 
Jikalau negara-negara mayoritas Muslim di dunia ini menerapkan syariat Islam, tentulah mereka akan segera memenuhi hak-hak para pengungsi yang datang pada mereka. 

Namun, sayang beribu sayang, dunia sudah tahu sebagaimana negara mayoritas penduduknya Muslim, malah memalingkan wajah dari penderitaan Muslim Rohingya. Satu-satunya yang mampu menyelesaikan penderitaan Muslim Rohingya adalah adanya sebuah pemerintahan yang menerapkan hukum-hukum Allah Azza wa Jalla secara kaffah, hanyalah Daulah Khilafah minhaj nubuwwah. Wallahu ‘alam bishawab []


Oleh: Nur Ayuni Sari Dewi, S.Pd.
Praktisi Pendidikan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar