Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BBM Naik, Hati Rakyat Terguncang


Topswara.com -- “Harga Bensin Mahal Banget
Hidup miskin kok gini amat
Kerja keras gaji enggak sebrapa
Kadang mau makan aja susah.....2x
Ngantri minyak di pom bensin
Minyak naik yang miskin pusing
Demo pun enggak bakal didengerin
Mungkin karna kita rakyat kecil....2x”

Di atas adalah potongan lagu 3 pemuda yang berstatus anak kos, mereka menyanyikan lagu BBM Naik yang entah apa judulnya namun kini telah viral di media sosial. 

Lagu yang di buat oleh ketiga pemuda tersebut menggambarkan isi hati para rakyat kecil yang perekonomiannya tidaklah setara dengan gaji para petinggi negara. Bahkan tak setara dengan gaji asisten rumah tangga artis yang bernama Rafi Ahmad. 

Bagaimana tidak, harga bensin yang kemarin hanya Rp7.000 kini melonjak naik menjadi Rp10.000, hal itu memacu harga jual di tempat eceran menjadi Rp12.000 bahkan ada yang menjual Rp13.000 per liter.

Dilansir dari Suara.com (03/09/2022)
tanggal 3 September Pemerintah telah resmi menetapkan kenaikan BBM. Adapun harga BBM yang bersubsidi seperti  Pertalite yang harga awalnya hanya Rp7.650 per liternya di Pertamina kini menjadi Rp10.000 sedangkan Pertamax non subsidi dari harga  Rp12.500 menjadi Rp14.500, dan solar subsidi dari harga Rp5.150 naik menjadi Rp6.800 per liter. 

Sungguh ironis melihat kondisi negara kita ini. Bagaimana tidak, negara yang terkenal sumber daya alamnya besar, tambang migas dimana-mana namun tidak mampu mengimbangi kebutuhan rakyat. 

Negeri kita ini seperti kapal tua yang tiap tahunnya kita lihat pemandangan pergantian nakhoda untuk menggantikan nakhoda-nakhoda sebelumnya, betapa wajah rakyat kecil saat itu penuh harap dengan para nakhoda baru. Namun, lagi-lagi nakhoda baru hanya memberikan pilu di tengah-tengah rakyat kecil yang ekonominya hanya cukup untuk membeli makan keluarganya.

Kenaikan BBM saat ini, mungkin tiada arti bagi para pejabat negara karena tidak akan mengguncang gaji mereka. Namun, apa kabar dengan mereka para tukang ojek dan sopir-sopir angkot serta para nelayan yang penghasilannya tak seberapa tetapi harus membeli bensin yang kini harganya telah naik. Jika mereka tak membeli maka motor mereka, mobil mereka serta kapal nelayan tak akan bisa beroperasi dan itu artinya mereka tak akan dapat upah untuk menghidupi anak dan istri mereka.

Menaikkan harga BBM dengan dalih memperbaiki perekonomian sebenarnya bukanlah hal biasa kita dengar. Sebab, bukankah tiap bergantinya pemimpin selalu saja ada kenaikan BBM demi memperbaiki ekonomi negara? Lalu mengapa sampai sekarang perekonomian negara tidak kunjung baik-baik saja. Alih-alih memperbaiki perekonomian justru malah mempersulit dan mencekik rakyat.

Bagaimana seharusnya negara memperbaiki perekonomian negara tanpa menyiksa rakyat?

Memperbaiki perekonomian negara adalah tanggungjawab pemimpin negara, tetapi pemimpin juga berkewajiban untuk memberikan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu mengambil tindakan tegas agar keduanya terpenuhi. 

Artinya bahwa negara harus menarik segala tambang migas Indonesia yang hari ini di kelola oleh negara Asing atau swasta. Sebagaimana dalam Islam yang menggunakan hukum Allah yang begitu tegas dalam hukumnya menyatakan bahwa tambang milik negara tidak boleh dikelola oleh negara lain dan perusahaan swasta, melainkan tambang-tambang tersebut harus di kelola oleh negara kemudian hasilnya akan di simpan di baitul mal hingga perekonomian negara tidak akan terguncang dan rakyat pun tidak harus tercekik atas BBM yang harus naik tiap beberapa tahun kemudian sementara upah atau gaji mereka tidak kunjung naik.

Sebagaimana dalam hadis Rasulullah SAW. yang mengatakan bahwa “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad). 

Hadis di atas menjelaskan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Yang artinya ketiganya itu tidak boleh dimiliki oleh swasta atau perorangan bahkan tidak boleh di kelola oleh asing karena mereka bukanlah bagian dari negara Islam. Wallahu’alam bissawab.[]


Oleh: Rismawati, S.Pd.
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar