Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Prof. Fahmi: Begini Perbedaan Tawaduk Relatif dan Absolut


Topswara.com -- Pengamat Peradaban Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar beberkan perbedaan antara tawaduk relatif dan absolut. "Ada perbedaan antara tawaduk relatif dan absolut,” ungkapnya dalam Kajian Bulanan FOSIS SMPIT & SMAIT Insantama bertajuk Tetap Rendah Hati Meski Berilmu Tinggi, Meneladani Ilmuwan Muslim di YouTube Kajian Bulanan, Sabtu (19/02/2022).

Ia menuturkan, rendah hati dalam bahasa Arab yaitu tawaduk, dan lawan katanya adalah takabur atau tinggi hati. Tawaduk relatif adalah jika seseorang merasa masih banyak orang lain yang memiliki kelebihan daripada dirinya, sedangkan tawaduk absolut adalah merasa bahwa Allah Subhanahu wa Taala sumber segalanya, Dia yang memilih kelebihan apa yang diberikan pada manusia, dan untuk apa tujuannya.

"Misalkan, seseorang diberi kecerdasan, kekuatan, dan kesehatan. Orang yang rendah hati, ia menyadari bahwa kelebihan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Taala kepadanya adalah bagian dari ujian," ucapnya.

Ia melanjutkan, sedangkan takabur adalah merasa diri lebih baik dari orang lain. “Takabur bisa objektif maupun subjektif. Takabur objektif misalkan, seseorang merasa lebih baik dalam sebuah kompetisi karena memang dia adalah pemenangnya. Tetapi, jika tidak ada kompetisi atau tidak ada ujian, sedangkan seseorang merasa lebih baik dari orang lain, maka ia takabur subjektif," lanjutnya.

Ia mengatakan, ukuran untuk melihat kelebihan seseorang multidimensi, mulai dari nilai akademik, olahraga, tahfiz, seni, dan lainnya.

"Demikian pula dengan takabur, ada takabur absolut, yaitu merasa dirinya lebih baik dari orang lain, bahkan lebih tahu dari Allah Subhanahu wa Taala. Hal tersebut adalah sifat iblis. Iblis diusir dari surga selama-lamanya karena takabur," tuturnya.

Kemudian ia menambahkan dengan mengutip Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 2, 

 ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلْقِ ٱلرَّحْمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٍ ۖ فَٱرْجِعِ ٱلْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

"Kalau orang takabur, akan merasa kelebihannya karena buah kerja kerasnya dan tidak merasa jika kelebihannya adalah ujian. Padahal, itu merupakan ujian," ucapnya.

Ia mempermisalkan, siswa yang lulus ujian sekolah, sebenarnya adalah ujian juga. "Betul, karena buah dari kerja kerasnya, seperti ada ungkapan yang mengatakan, hasil tidak akan mengkhianati proses. Padahal, boleh jadi jika ia tidak lulus justru lebih baik baginya," katanya.

Ia mencontohkan, Niki Lauda seorang mantan pembalap F1, sekaligus pengusaha penerbangan asal Austria. Beberapa kali juara dunia pada tahun 80-an. Pernah diwawancara dalam sebuah acara TV dan ia menceritakan bahwa sekolahnya tidak lulus. Namun, ia bersyukur tidak lulus, sebab ketidaklulusannya telah menjadikannya seorang pembalap berbakat.

Rendah Hati

“Ada tujuh karakteristik rendah hati. Pertama, anti pencitraan; kedua, melejitkan; ketiga, meluaskan dimensi; keempat, pemersatu; kelima, kesabaran; keenam, kepemimpinan; dan ketujuh adalah ihsan," urainya.

Ia membeberkan, ada ribuan ilmuwan Islam dan mereka menyimpan dan menunjukan sifat atau karakteristik tersebut. "Beberapa contoh ilmuwan Islam seperti, Jabir al-Hayyun sebagai pendiri ilmu kimia eksperimental, sebelumnya ilmu kimia lebih spekulatif; Hasan al-Haitam, Abu Raihan al-Biruni sebagai pendiri ilmu geografi modern; Abu Qasim al-Zahrawi ilmu kedokteran bedah; Ismail al-Jazari bapak robotik, dan banyak lagi. Mereka sudah berkarya berabad-abad lalu," bebernya.

"Lalu, bagaimana di dunia Barat yang tidak terpancarkan Islam, apakah ada yang rendah hati?" tanyanya.

Ia menjawab, sebetulnya di Barat ada orang-orang yang rendah hati. Tetapi, rendah hatinya relatif, karena mereka tidak beriman. "Sedangkan orang yang beriman, yaitu kaum Muslim, meski paling top di dunia, mereka tetap rendah hati absolut. Sebab, rendah hati merupakan perintah syariat, begitulah gambaran syariat," jawabnya.

Ia mengatakan, data pada tahun 2015 orang-orang di negeri Barat mengonsumsi antidepresan atau obat antidepresi. “Artinya apa? mereka depresi. Betapa banyak orang yang mengonsumsi obat tersebut. Sedangkan orang yang depresi, tetapi tidak mengonsumsi obat depresan, mereka meminum alkohol," urainya.

"Gambaran di dunia Barat, berbagai persoalan, makin hari kian meningkat. Mengapa? karena mereka tidak memiliki sifat tawaduk," ungkapnya.

Menurutnya, seseorang yang mengikuti berbagai kompetisi, jika tidak menang, mereka merasa gagal. Pemahaman demikian ditanamkan di dunia Barat. Sehingga menyebabkan depresi. Hal demikian hampir merata di seluruh dunia, seperti Inggris, Australia, Prancis, Belanda, dan lainnya. Sedangkan dampak dari peradaban Barat adalah penjajahan dan teknologi ditemukan untuk menjajah negara lainnya.

"Maka dengan demikian, ada sebuah sifat yang penting, bagi orang yang tawaduk, yaitu menyampaikan apa adanya, artinya tidak dengan pencitraan," pungkasnya.[] Nurmilati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar