Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ketika Islam Dituduh Ketinggalan Zaman


Topswara.com -- Sedang viral tayangan sinetron yang menceritakan tentang kehidupan keluarga Muslim yang terjebak dalam pergaulan yang melanggar syariat Islam. Hal ini tentu saja menimbulkan reaksi kepada para penonton, terutama ibu-ibu yang menyikapinya secara emosional.

Ada yang mempertanyakan kenapa terjadi poligami tanpa persetujuan Istri. Adapula yang menyalahkan praktek Poligami. Bahkan ada yang mengatakan bahwa poligami adalah sumber penindasan bagi istri dan keluarga. Mereka lupa bahwa kejadian fiktif tersebut berlatar belakang kehidupan sekuler, bukan kehidupan yang diatur dengan Islam.

Menurut Islam tujuan hubungan dari lelaki dan perempuan adalah melestarikan keturunan sesuai dengan syariat Islam, yaitu melalui pernikahan. Terkait kenikmatan seksual, maka hal tersebut adalah bonus dari sebuah pernikahan bukan semata-mata tujuan.

Namun demikian untuk mendapatkan kenikmatan seksual, harus tetap dijalankan cara-cara yang dibenarkan syariat Islam agar tercipta keluarga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah sesuai tujuan dibentuknya sebuah keluarga muslim yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.

Meskipun demikian, tarikan kepada keindahan fisikal dalam upaya menuju pernikahan bukanlah sesuatu yang dilarang. Karena pada dasarnya gharizah nau' (naluri kasih sayang) yang didalamnya ada muyul jinsi (kecenderungan seksual) merupakan fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Oleh karenanya mendapatkan kenikmatan seksual melalui pernikahan adalah rezeki yang patut disyukuri.

Jadi secara alami ketika lelaki dan perempuan bertemu maka akan bangkit naluri seksualnya. Oleh karena itulah Islam mengatur pergaulan sosial agar dalam usaha memenuhi segala kebutuhan hidupnya, manusia bisa senantiasa tetap terjaga kemuliaan dan kehormatannya.

Sementara menurut cara hidup Barat yang sekuler, hubungan lelaki dan perempuan hanya satu, yaitu sillatul jinsi (hubungan seksual) semata. Sehingga ketika laki-laki bertemu dengan wanita bertemu dalam pergaulan sosial, asal mereka suka sama suka maka hubungan seksual boleh terjadi tanpa mempertimbangkan terlalu banyak alasan.

Saat ini dalam kehidupan sekuler rangsangan dari luar berupa media yang bisa menumbuhkan keinginan seksual sangat banyak tersedia dimasyarakat. Baik berupa gambar-gambar, tayangan audio visual maupun tidak karena terjaganya aurat pada masing-masing jenis kelamin sangat mengagitasi naluri seksual. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya berbagai macam pelanggaran.

Dengan kondisi demikian, Tentu saja ketika terjadi masalah hubungan pria-wanita dimasyarakat yang diakibatkan oleh kehidupan Sekuler, tidak bisa serta merta dimintakan solusi dari Islam seraya menuduh Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman. 

Karena hal tersebut tentu saja tidak adil karena Islam adalah sistem kehidupan yang integral dimana seluruh aspek kehidupan seharusnya dibangun dari akidah Islam sebagai landasan kehidupan.

Apalagi konsep feminisme yang dihembuskan lewat berbagai gerakan, mencoba membawa emosi muslimah agar memusuhi Islam sebagai aturan pergaulan. Sebagian Muslimah yang termakan ide kesetaraan gender akan memposisikan Islam sebagi tertuduh dan memberikan solusi yang justru akan merugikan Islam itu sendiri.

Modernitas yang diarus utamakan sejatinya justru akan membuat Muslim semakin ketinggalan zaman. Karena tren kehidupan kedepan adalah Islam, yang menempatkan perempuan pada kemuliaan. Dan kembalinya kehidupan Islam akan menggusur kehidupan Barat yang penuh dengan kebobrokan, serta penistaan terhadap perempuan.

Ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan, pasti Islam bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Jadi tidak bisa melemparkan tanggung jawab kepada Islam atas masalah kehidupan yang ditimbulkan karena tidak mau menerapkan Islam. 

Oleh karena itu, diterapkannya Islam sebagai aturan kehidupan dalam sebuah institusi legal-formal berupa negara saat ini sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial, termasuk pergaulan pria dan wanitanya. Wallahu a'lam bishshawwab


Oleh: Trisyuono Donapaste
Aktivis Penggerak Perubahan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar