Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gaza dan Fajar Kebangkitan yang Kian Dekat


Topswara.com -- Nasib Gaza kian merana. Jumlah korban tewas di Jalur Gaza terus bertambah menjadi 56.412 orang, tidak kurang dari 133.054 orang lainnya terluka (cnbcindonesia.com, 29-6-2025) sejak konflik antara Hamas dan Israel mengemuka pada 7 Oktober 2023 silam. Demikian disampaikan otoritas kesehatan Gaza pada Sabtu, 28 Juni 2025. 

Keadaan politik Gaza pun kian parah setelah kesepakatan gencatan Gaza Trump dan Netanyahu yang menormalisasi tepi Barat Israel. Gencatan senjata akan segera direalisasikan dua pekan ke depan sejak perjanjian disepakati (republika.co.id, 27-6-2025). 

Gencatan senjata ditujukan Trump dan Netanyahu untuk percepatan negara Arab dalam penggabungannya sesuai dengan perjanjian Abraham Accords. Dengan kata lain, kemerdekaan Israel akan segera diwujudkan sesuai harapan penguasa Amerika. 

Warga Gaza akan dipindahkan di beberapa negara lain di sekitarnya berdasarkan kesepakatan negara-negara Arab dan Amerika. Solusi ini tidak lain adalah two state solution yang selama ini diklaim sebagai solusi yang menghentikan peperangan antara Gaza dan Israel. 

Solusi Kejam dan Tidak Adil

Kondisi Gaza makin memprihatinkan di tengah pengkhianatan para penguasa muslim. Perang Iran justru makin menunjukkan tidak satupun penguasa muslim yang benar-benar serius menolong Gaza. 

Dorongan sebagian penguasa muslim termasuk Indonesia untuk menekan zionis menerima solusi dua negara adalah solusi yang membodoh-bodohi umat dan sangat absurd. Zionis dan Amerika Serikat selamanya tidak akan menerima Palestina sebagai negara merdeka sepenuhnya. 

Warga Gaza, Palestina yang tulus dan lurus, tidak akan pernah menerima ada sejengkal pun tanah kaum muslimin diberikan kepada penjajah. 

Warga Gaza tidak akan mengkhianati perjanjian Umariyah, yakni perjanjian yang digagas Khalifah Umar bin al Khatthab dengan penduduk non muslim (Yahudi dan Nasrani) di berbagai wilayah yang ditaklukkan kaum muslim terkhusus wilayah Syam (Suriah, Palestina dan lainnya). 

Perjanjian ini terkait dengan jaminan keamanan, nyawa dan harta kaum non muslim. Perjanjian ini dititik beratkan sebagai bentuk toleransi dengan berbagai kebijakan administratif yang ditetapkan khalifah sebagai bentuk penjagaan warga negara. 

Warga Gaza juga tidak akan pernah melupakan pengorbanan para syuhada yang sudah mempertahankan tanah Palestina dengan nyawa mereka. Maknanya pembantaian akan terus terjadi dan perlawanan juga tidak akan pernah surut selama penjajah tetap memaksa berada di tanah kaum muslimin.

Sudah terlalu lama dunia, termasuk negeri-negeri Muslim, terjebak dalam ketidakberdayaan. Mereka hanya sibuk dengan forum-forum dialog dan wacana mediasi yang dama sekali tidak membuahkan solusi nyata. Berbagai tawaran perdamaian yang disodorkan lembaga-lembaga internasional justru berakhir dengan kekecewaan.

Salah satunya adalah wacana solusi dua negara (two-state solution) yang dianggap mampu mengakhiri konflik, namun faktanya tidak pernah menyentuh akar persoalan. Solusi ini justru melegalkan perampasan tanah milik rakyat Palestina. Wajar saja, konflik terus berlanjut tanpa kejelasan akhir.

Ironisnya, sebagian penguasa negeri Muslim hanya sibuk menjaga citra dengan retorika membela Palestina. Padahal, langkah-langkah yang mereka tempuh tidak lebih dari mengikuti langkah Barat yang absurd dan jauh dari kepentingan umat Islam. Dunia internasional pun hanya sebatas menyampaikan kecaman tanpa tindakan nyata.

Sistem aturan yang kini diadopsi berbagai negara di dunia tidak memiliki solusi yang benar-benar efektif untuk menghentikan penjajahan dan penindasan atas Palestina.

Harapan Hanya pada Islam

Sistem Islam menetapkan bahwa seluruh umat Muslim adalah satu kesatuan yang terikat oleh akidah dan keimanan. Persaudaraan ini seharusnya menjadi pondasi kuat untuk bersatu membela Palestina dan menghentikan segala bentuk penjajahan atas wilayah kaum Muslim, khususnya di Gaza.

Jihad adalah solusi nyata untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis. Para pemimpin negeri-negeri Muslim mestinya tidak tinggal diam. Sudah saatnya mereka menggerakkan pasukan untuk berjihad melawan penjajah zionis. Tidak hanya melontarkan kecaman atau mengikuti solusi palsu ala Barat.

Namun, semua itu tidak mungkin terwujud tanpa kesadaran seluruh kaum muslim untuk kembali bersatu dalam satu kepemimpinan yang hakiki, yaitu khilafah. 

Hanya khilafah yang mampu menjadi perisai pelindung kaum muslim, termasuk Palestina. Dan khilafah-lah satu-satunya institusi tangguh yang mampu menjaga kaum muslim dari segala bentuk penindasan dan kezaliman.

Penegakan khilafah bukan sekadar impian kosong. Dakwah yang masif dan sistematis untuk membangun kesadaran umat, mutlak dibutuhkan agar kaum muslim memahami pentingnya persatuan dan jihad sebagai solusi hakiki. 

Kesadaran ini hanya akan tumbuh dan berkembang jika terdapat kelompok dakwah ideologis yang konsisten menyerukan ajaran Islam secara sistematis. 

Dengan bersatunya umat Islam dalam naungan khilafah, umat Islam akan kembali bangkit. Mereka tidak hanya mampu melawan kezaliman, tetapi juga menebarkan keadilan dan perlindungan ke seluruh penjuru dunia.

Sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran: 104)

Wallahu a'lam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty 
Forum Literasi Muslimah Bogor 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar