Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Dua Negara Adalah Bentuk Penghianatan

Topswara.com -- Solusi dua negara bagi masalah Palestina rupanya masih terus didengungkan agar bisa terealisasi. Two state solution memecah wilayah Palestina menjadi dua negara, satu untuk Palestina dan satu lainnya untuk Israel. 

Solusi ini juga diamini oleh Presiden Prabowo sebagai penyelesaian konflik antara Palestina dengan Israel. Hal ini disampaikan saat kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron pada 28 Mei 2025. 

Presiden menegaskan bahwa Indonesia siap menjalin hubungan diplomatik dengan Israel setelah Palestina merdeka. Menurutnya, Indonesia juga perlu mengakui kedaulatan Israel sebagai negara meskipun Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina. (tempo.co, 31-5-2025)

Pernyataan Presiden RI tersebut menimbulkan kontroversi. Banyak yang mendukung, tetapi banyak pula yang menentangnya. Terlepas dari pro dan kontra, dukungan terhadap solusi dua negara menguak sikap yang tidak konsisten. 

Di satu sisi mendukung kemerdekaan Palestina, tetapi di sisi lain juga mengakui Israel yang notabene sebagai penjajah. Bagaimana bisa bangsa yang katanya mengakui kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan menolak penjajahan justru malah mendukung penjajah Israel?

Solusi dua negara sendiri merupakan skenario buatan AS. Jelas saja bila solusi ini lebih untuk kepentingan AS, bukan Palestina. Sebagai negara adidaya, AS ingin memastikan bahwa dunia masih berada dalam genggamannya. 

Konflik Palestina Israel yang terus berlangsung hingga kini sebenarnya juga tidak menguntungkan AS pada taraf tertentu. Selain biaya besar yang harus dikeluarkan untuk mendukung Israel, kepentingan AS berkaitan dengan SDA di Kawasan Timur Tengah juga terancam bila perang terus berlangsung dalam jangka lama dan entah kapan berakhir.

Di sisi lain, Israel sendiri sebenarnya kurang mendukung gagasan two-state solution lantaran harus berbagi wilayah dengan Palestina. Hal ini tentu saja tidak seperti yang diinginkan Israel. Israel maunya menguasai Palestina secara penuh.

Bagi Palestina, solusi dua negara juga memaksa negeri tersebut untuk hidup berdampingan dengan penjajah yang selama puluhan tahun ini menindas dan membunuhi rakyatnya. 

Solusi ini jelas merendahkan martabat Palestina. Setelah dijajah, ditindas, bahkan digenosida begitu rupa, rakyat Palestina dipaksa mengakui sang penjahat Israel dan berbagi tanah yang sama dengannya.

Mengakui solusi tersebut sama artinya mengabaikan darah para syuhada yang tertumpah. Menerima solusi dari pembenci Islam sama artinya sebuah pengkhianatan. 

Namun, inilah jalan yang dipilih oleh para pemimpin negeri muslim. Mereka mengamini solusi tersebut. Takut kehilangan kekuasaannya, mereka dengan sukarela tunduk pada jalan yang dibuat oleh AS. Mereka menutup mata atas penderitaan luar biasa yang dialami oleh rakyat Palestina. Bagi mereka, mengamankan posisi lebih penting dibanding membela saudara sendiri.

Sebagai muslim, sudah seharusnya para pemimpin tersebut mengambil Islam sebagai satu-satunya jalan. Karena itu, dalam menyelesaikan masalah Palestina, mereka juga seharusnya kembali pada perintah syariat Islam. 

Tidak layak mereka mengambil jalan yang dirancang oleh musuh-musuh Islam sebagaimana peringatan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 120: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Masalah Palestina adalah urusan umat Islam sehingga harus disolusikan sebagaimana syariat menuntunkannya. Solusi yang diambil haruslah bersumber dari perintah syarak, bukan perintah negara adidaya ataupun penjajah Israel.

Islam mewajibkan jihad untuk mengusir penjajah kafir dari tanah kaum muslim. Jihad fisabilillah artinya berperang di jalan Allah secara langsung di medan perang untuk menghilangkan penghalang tegaknya kalimat Allah. 

Dengan demikian, menghentikan penjajahan dan genosida Israel yang didukung oleh negara adidaya haruslah dengan jihad sebagaimana perintah syariat.

Palestina pernah dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab. Tanah Syam ini kembali dibebaskan di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi dari kekuasaan kafir. Kedua pembebasan ini dilakukan melalui jihad. 

Maka, dengan jihad pula Palestina di masa kini juga akan terbebas dari belenggu Zionis Israel. Bukan semata fakta sejarah, melainkan karena jihad adalah perintah Allah SWT.

Jelaslah bahwa jihad dengan komando khalifah akan membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah. Khilafah akan menyatukan seluruh umat dan menghimpun kekuatan yang dimiliki untuk mengusir penjajah kafir dari setiap jengkal tanah kaum muslim sekaligus meninggikan kalimat Allah.

Solusi dua negara yang didengungkan AS dan para pendukungnya merupakan penghinaan bagi syariat Allah. Muslim yang mengambil solusi ini sejatinya telah melakukan pengkhianatan nyata.


Oleh: Nurcahyani
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar