Topswara.com -- Satuan Reserse Kriminal, Satreskrim, Polres Gresik menangkap seorang pria yang diduga sebagai admin grup percakapan yang berkaitan dengan pornografi anak dan hubungan inses di media sosial.
Pelaku ditangkap Tim Resmob Satreskrim Polres Gresik di tempat kerjanya di Bali. Pelaku yang sehari-hari bekerja di biro travel ini diduga merupakan admin grup yang menyebarkan konten-konten pornografi anak, serta narasi yang mengarah pada penyimpangan seksual inses.
Penangkapan pelaku dilakukan setelah adanya laporan warga yang terganggu dengan konten-konten menyimpang di grup media sosial (kompas.tv, 26/5/2025).
Dilansir dari topswara.com (27/5/2025) merespons maraknya kasus inses yang terjadi saat ini Direktur Siyasah Institute Ustaz Iwan Januar menilai hal itu terjadi akibat paparan konten-konten pornografi.
Ia mengatakan, konten porno yang mudah diakses dimana hampir semua platform media sosial dibanjiri oleh konten-konten erotis dan pornografi. Hal tersebut mampu memicu munculnya hasrat seksual seseorang terutama untuk laki-laki.
Selain pornografi, kata Ustaz Iwan, suasana yang tidak islami dan tidak menjaga batasan aurat di dalam rumah dan tidak menjaga pergaulan dalam keluarga menjadi pemicu kasus inses.
Maraknya kasus inses merupakan dampak lemahnya keimanan yang dimiliki masyarakat hal ini. Iman yang lemah akan mengantarkan pada kemudahan seseorang melakukan kemaksiatan. Karena yang menjadi pemimpin tubuh mereka adalah hawa nafsu bukan lagi wahyu. Sehingga mereka tidak lagi pertimbangan halal haram dalam melakukan berbagai aktivitas.
Namun, keimanan yang lemah sebagai dampak dari tidak mempelajari Islam secara mendalam tentu bukan kesalahan individu semata akan tetapi juga merupakan buah dari sistem pendidikan yang mengabaikan pembentukan ketakwaan generasi.
Sistem pendidikan sekuler yang sedang diterapkan dinegeri ini telah sukses menanamkan nilai-nilai sekuler liberal dan kapitalis pada kurikulum pendidikan. Nilai-nilai inilah yang semakin menjauhkan masyarakat dari ajaran Islam.
Sebab, Islam hanya boleh dipelajari sebagai agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta'ala dan dirinya sendiri. Islam tidak boleh dipelajari sebagai sebuah sistem kehidupan untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Kalaupun dipelajari, itu hanya pelajaran syariat dipermukaan saja, sebatas syariat dalam hal ibadah.
Oleh karena itu, sistem pendidikan sekuler sangat jelas mengarahkan peserta didik pada pencapaian-pencapaian materi. Maka wajar saja mereka memiliki perilaku liberal yang bersikap "semau gue" tanpa mempedulikan dampak buruk dari perbuatannya apalagi mengaitkannya dengan pahala dan dosa.
Tidak berhenti pada aspek pendidikan saja, media dalam sistem ini juga berada dalam kendali kapitalisme yang mengedepankan keuntungan materi semata. Alhasil, isi konten tayangan media begitu bebas tak peduli bisa merusak mental, masa depan dan kualitas generasi asalkan banyak penonton yang suka, maka "gas" saja.
Apalagi kondisi ekonomi saat ini makin sulit, lapangan pekerjaan susah dan tengah terjadi PHK di mana-mana, kebutuhan pokok semakin tidak terjangkaunya dan pajak semakin mencekik menjadikan pornografi sebagai ladang bisnis untuk bisa bertahan hidup.
Oleh karena itu, akar persoalan sesungguhnya adalah sistem sekularisme kapitalisme yang dibiarkan eksis mengatur masyarakat negeri ini. Sungguh kasus pornografi yang mengancam masa depan generasi hanya akan mampu diselesaikan dengan tuntas melalui penerapan Islam secara kaffah atau menyeluruh. Sebab Islam diturunkan Allah SWT sebagai solusi atas berbagai persoalan umat manusia hingga akhir zaman.
"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl: 89).
Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam memiliki penyelesaian atas semua problem yang dihadapi manusia di dalam kehidupan mereka baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Juga problem ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, pemerintahan, politik ataupun problem lainnya terkait inses dan pornografi.
Islam memiliki mekanisme pencegahan terjadinya inses dan merebaknya konten porno untuk menjaga akal. Hal ini didukung oleh penerapan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam dengan tujuan membentuk kepribadian Islam generasi.
Dalam sistem pendidikan Islam, selain memahami ilmu-ilmu kehidupan yang bebas nilai, terbentuknya kepribadian Islam diukur dengan terbentuknya pola pikir Islam yakni pemahaman terhadap akidah Islam dan syariat Islam serta pola sikap Islam atau perilaku yang senantiasa disandarkan pada syariat Islam. Hal ini akan mencegah masyarakat dan generasi melakukan perbuatan inses ataupun mengakses konten porno.
Negara di dalam Islam juga akan menerapkan sistem pergaulan Islam yang mewajibkan laki-laki dan perempuan menutup aurat, menjaga pandangan dan menjaga interaksi dengan lawan jenis agar sesuai Islam.
Negara Islam, yakni khilafah juga memiliki sistem keamanan digital yang mampu melindungi generasi dari pemikiran atau konten rusak dan merusak. Negara akan mencegah masuknya konten porno sebagai pemicu inses dengan teknologi digital yang mutakhir serta memberi sanksi tegas dan menjerakan jika ditemukan ada pihak yang sengaja menyebarkan konten porno di tengah masyarakat.
Ditambah lagi dengan dukungan sistem ekonomi Islam yang menyebabkan negara mampu menjamin kesejahteraan masyarakat individu per individu. Sehingga masyarakat tidak berpikir mengambil jalur kriminal untuk mendapat penghasilan dan kesejahteraan.
Demikianlah mekanisme Islam dalam menjaga pemikiran dan tingkah laku masyarakat agar sesuai syariat Islam. Seluruh mekanisme tersebut membutuhkan hadirnya negara khilafah di tengah umat Islam hari ini. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar