Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kebahagiaan Sejati: Lebih dari Sekadar Rasa Senang di Hati

Topswara.com -- Kita semua familiar dengan perasaan senang dan gembira. Kepuasan setelah bangun tidur, gelak tawa saat mendengar lelucon, ledakan euforia saat usaha mencapai target, atau kepuasan pikiran setelah berhasil menuntaskan masalah kehidupan. Itu semua adalah efek langsung dari kenikmatan jasadi, maknawi, dan aqli. 

Nikmatnya makanan favorit, hangatnya pelukan dari orang terkasih, atau kepuasan saat memecahkan masalah sulit, semua ini memicu respons instan dalam diri kita, yaitu rasa senang. Namun, pernahkah kamu perhatikan seberapa cepat perasaan senang itu memudar? Kemudian segera berganti dengan rasa gundah dan sepi? 

Seperti ombak yang datang dan pergi silih berganti, sensasi senang ini seringkali singkat bertahan didalam hati. Mengapa? Karena kesenangan dan kegembiraan, meski penting dan alami, cenderung terikat pada faktor eksternal atau pencapaian sesaat. 

Rasa tersebut adalah reaksi terhadap stimulasi, bukan kondisi permanen dalam hati. Inilah mengapa kita perlu melihat lebih jauh, melampaui efek yang bersifat sementara, dan mengejar kenikmatan sejati. 

Kenikmatan Ruhy: Pintu Menuju Kebahagiaan Sejati

Ketika kita berbicara tentang kenikmatan ruhi, kita tidak lagi sekedar mengejar tawa sesaat atau kepuasan instan. Kita akan terdorong untuk mencari sesuatu yang lebih dalam dan lebih lestari, yaitu kebahagiaan.

Kebahagiaan bukan sekadar efek dari kenikmatan. Kebahagiaan adalah kenikmatan ruhi itu sendiri. Kondisi batin yang stabil, damai, dan penuh makna, yang muncul dari kesadaran ketika kita selaras dengan fitrah penciptaan.

Kebahagiaan bukan sekadar rasa senang karena berhasil mencapai tujuan, tapi karena memahami tujuan hidup itu sendiri.

Bahagia bukan hanya gembira karena mendapatkan, tapi bahagia hadir karena kita mampu berbagi dan merasa bermakna atas tindakan itu. 

Bahagia bukan sekedar puas karena mengetahui, tapi bahagia ada karena kita terhubung dengan kebijaksanaan yang lebih tinggi.

Kenikmatan ruhi adalah saat jiwa kita mendapatkan pencerahan pada level kesadaran. Kenikmatan ini datang dari momen hening yang penuh kontemplasi, dari rasa syukur yang mendalam atas keberadaan, dari menemukan makna dalam perjuangan, atau dari kesadaran akan keterhubungan kita dengan alam semesta. 

Efeknya? Bukan lagi senang atau gembira yang hanya bergelora sesaat, melainkan ketenangan, kepuasan mendalam, dan rasa damai yang tak tergoyahkan. Karena berawalan dari kesadaran akan hubungan kita dengan Sang Pencipta Alam, kenikmatan ruhi akan selalu berpendar dan bergetar semakin dalam. Itulah kebahagiaan sejati.

Mengejar kenikmatan ruhi berarti menginvestasikan diri pada pertumbuhan batin, pada pemahaman akan diri sejati, dan pada pencarian makna di luar sesuatu yang inderawi. Kenikmatan ini tentang bagaimana mengejar keridhaan dari Sang Pencipta Alam. 

Ini adalah perjalanan yang mungkin tidak selalu dipenuhi gelak tawa. Bahkan sering kali menuntut kita untuk meneteskan air mata, menguras tenaga, memutar akal pikiran, menghabiskan waktu bersama keluarga, bahkan mungkin saja mengancam nyawa kita. 

Akan tetapi semua pengorbanan itu pasti akan menghasilkan kebahagiaan hakiki yang jauh melampaui sekadar sensasi senang dan gembira. Ini adalah inti dari fitrah penciptaan kita sebagai hamba dari Sang Pencipta Alam Semesta, Allah SWT. Mendapat keridhaan-Nya, adalah destinasi yang paling layak untuk kita kejar selama kita mengarungi kehidupan dunia yang hanya sementara ini. Wallahu A'lam bish-Shawwab.

Sudahkah kita mulai mencari makna kehidupan ini dan menemukan kebahagiaan sejati?


Trisyuono D. 
(Aktivis Muslim)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar