Topswara.com -- Setidaknya ada 274 siswa ‘nakal’ di Jawa Barat yang dikirim ke Barak Militer untuk mendapatkan pendidikan karakter ala militer, ini adalah kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama TNI AD.
Kebijakan ini dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM. Menurutnya hal ini dilakukan karena orang tua dan guru sudah tidak sanggup mendidik anak-anak ‘nakal’ ini.
"Maka, saya mengubah paradigma itu dengan cara apa, banyak orang tua yang hari ini tidak punya kesanggupan lagi menghadapi anaknya. Banyak guru yang tidak punya kesanggupan untuk menghadapi murid-muridnya," kata Dedi usai mengikuti rapat kerja di Komisi II DPR, Jakarta. (cnnindonesia.com 02/05/2025 )
Terjadi pro-Kontra atas kebijakan mengirim anak ‘nakal’ ke Barak Militer. Menurut Menteri HAM, mengirimkan siswa bermasalah ke Barak Militer tidak melanggar HAM. Bahkan menurutnya jika hasilnya bagus ini berpotensi menjadi program nasional.
Namun menurut Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, pembinaan karakter berbasis militer untuk siswa nakal dapat memberikan stigma bagi mereka yang akhirnya malah memperparah kondisi psikologis, bukan memberikan efek jera.
“Begitu mereka balik ke sekolah, mereka akan dicap. Relasi sosial akan berubah. Mereka bisa dikucilkan. Belum lagi dampak psikologis jangka panjang kalau tidak ada pendampingan,” kata Doni kepada Kompas.com.
(kompas.com 03/05/2025)
Penyebab Kenakalan Remaja
Anak itu ibarat bayangan, bagaimana bayangan bisa tegak lurus jika benda yang dicontohnya bengkok?. Teringat kisah di masa Amirul Mukminin Umar Bin Khattab, saat itu seorang ibu laporkan anaknya yang bandel, susah diatur dan berperilaku buruk.
Merespon aduan tersebut Umar Bin Khattab tidak lantas menghukum anak nakal tersebut, namun beliau justru menanyakan langsung kepada anak tersebut kenapa engkau berperilaku buruk?. Dia lantas menjawab bahwa ibuku ketika di rumah berkata kasar, berperilaku tidak baik.
Mendengar jawaban tersebut, Umar Bin Khattab lantas berkata justru engkau ibu yang pantas diberikan hukuman karena menjadi contoh yang buruk bagi anak-anakmu di rumah.
Jika kita jujur maka peran orang tua sangatlah besar dalam tanggung jawabnya membentuk anak itu menjadi baik atau buruk. Karena orang tua dalam pandangan Islam adalah pendidik pertama dan utama sebagaimana hadis Nabi SAW:
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ…
"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Muslim)
Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud “Sebagian besar kerusakan anak-anak disebabkan oleh kelalaian orang tua, baik karena tidak mengajarkan kebaikan, atau memberi contoh yang buruk.”
Namun persoalan ini bukannya masalah individu sebab jika kita melihat kasus yang ada sangatlah banyak. Mulai dari kasus bullying, pergaulan bebas, tawuran sampai memakan korban jiwa bahkan penyalahgunaan narkoba dan sebagainya.
Masifnya kasus yang terjadi menandakan bahwa persoalannya bukan pada individu semata tapi sistemik, paradigma yang dibangun hari ini adalah sekularisme yakni memisahkan agama dari kehidupan.
Orang tua tersibukkan dengan sulitnya mencari nafkah hingga habis waktunya dalam mendidik anak-anak di rumah. Lingkungan hedonisme membuka lebar pintu kemaksiatan mulai dari konten-konten di TV hingga yang masuk sampai depan layar hp anak-anak kita tidak tersaring dengan baik.
Islam punya solusi
Pandangan hidup yang sekuler ini membuat kerusakkan di berbagai lini kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Maka kita harus ubah pandangan ini dengan pandangan Islam yakni menjadikan Islam sebagai pandangan hidup yang menyeluruh.
Peran orang tua akan kembali sebagai pendidik pertama dan utama karena Islam memerintahkan negara untuk mengatur ekonomi sesuai pada syariat islam yang mengutamakan terpenuhinya kebutuhan pokok bahkan sekunder bagi seluruh masyarakat.
Lingkungan masyarakat pun diubah menjadi lingkungan yang islami yakni dibangun pemikiran, perasaan, dan peraturan yang islami termasuk konten-konten di TV dan media soal wajib hukumnya tidak melanggar syariat Islam, tidak menampilkan pornografi dan pornoaksi ataupun kekerasan.
Dengan demikian persoalan kenakalan remaja ini adalah persoalan sistemis yang harus kita ubah bersama dengan peran serta kontribusi yang sesuai kapasitasnya masing-masing. Mari bersama kita wujudkan kehidupan Islam yang akan membawa keridhaan dan keberkahan Allah SWT.
Oleh: Fahmi Nurzaman, S.Pd.
Praktisi Pendidikan
0 Komentar