Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga Telur Melangit, Emak-Emak Menjerit


Topswara.com -- Sudah beberapa Minggu ini harga telur terus merangkak naik. Tentu saja hal ini membuat emak-emak panik, pasalnya telur merupakan menu andalan para emak-emak di pagi hari yang super praktis, sehat, mudah disajikan dan menu favorit anak-anak.

Cukup mengejutkan dikatakan oleh Presiden Peternak Layer Indonesia sekaligus Wakil Ketua  Umum HKTI bidang peternakan dan perikanan Ki Musbar Mesdi, bahwa kenaikan harga telur salah satunya dipicu oleh adanya peningkatan kebutuhan dan pesanan nasi bungkus dan rames dimasa  pendaftaran bakal calon legislatif Mei ini. (CNNIndonesia.com, 15 Mei 2023) 

Musbar juga mengatakan kenaikan itu juga disebabkan karena Lonjakan harga pokok pakan dari pabrik. Senada dengan ini, Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun menyebutkan kenaikan harga telur karena biaya produksi yang tinggi. (CNNIndonesia.com, Senin, 15 Mei 2023)

Telur merupakan bahan pokok yang jika mengalami kenaikan akan menyebabkan multiplier effect baik bagi masyarakat umum untuk konsumsi maupun dunia industri terutama UMKM.

Akar Persoalan Kenaikan Harga Telur

Kestabilan harga bahan pokok sudah menjadi persoalan klasik yang sulit untuk diselesaikan di negeri ini. Guru Besar FEM IPB Prof.Dr. Didin S. damanhuri bahwa politik ekonomi nasional Indonesia berada dalam oligopolistik, termasuk unggas. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan ada dua perusahaan yang menguasai industri unggas dari hulu hingga hilir.

Perusahaan itu merupakan perusahaan peternakan unggas besar yang terintegrasi. Perusahaan ini menguasai mulai dari produksi, pakan, daily old chick (DOC), sapronak, budidaya ayam, Budi daya telur sampai produk olahan. Sehingga wajar jika perusahaan ini bisa memainkan harga, dan menyebabkan kerugian bagi peternak kecil.

Tingginya harga pakan ternak berpengaruh besar pada biaya produksi Peternak ayam layer, karena kebutuhan pakan ternak ayam layer lebih besar dibandingkan kebutuhan pakan ternak ayam pedaging. 

Tentu saja hal beban produksi pakan ternak yang tinggi sangat berpengaruh pada naiknya harga telur, agar peternak tidak mengalami kerugian. 

Disisi lain bahan dasar utama pakan ternak dari jagung, Yang sebagian besar didapat dari impor, sehingga harganya semakin banyak dikendalikan oleh importir semakin menambah pelik persoalan harga pakan ini. Bahkan faktanya produksi jagung negeri ini dikuasai oleh perusahaan integrator.

Tidak hanya harga pakan ternak yang tinggi, bahkan peternak juga harus membeli DOC dan sapronak dengan harga yang tinggi karen di kuasai oleh perusahaan, dengan ongkos produksi yang serba tinggi mau tidak mau maka harga jual telur juga harus naik. 

Alhasil, emak-emak pun menjerit karen harga pangan pokok protein tinggi ini menjadi selangit dan tidak terjangkau lagi. Begitu juga para pelaku UMKM yang mengunakan telur sebagai bahan baku pruduk makanannya maka harus rela untuk berhenti berproduksi karena harga telur yang tidak terjangkau lagi.

Akhirnya peternak pun ikut merugi karena banyak masyarakat yang akhirnya memutuskan untuk tidak membeli telur, akhirnya telur pada peternak tidak terserap karena menurunnya daya beli masyarakat.

Oligarki Dibalik Produsen Unggas

Sudah banyak pihak yang mengeluhkan  akan kerugian yang ditimbulkan dari praktek monopoli dan oligopoli dari Industri unggas. 

Bahkan Asosiasi Peternak Ayam Rakyat Indonesia (Aspasi), sudah pernah melaporkan dugaan praktek monopoli dn oligopoli perusahaan yang terintegrasi dalam usaha Budi daya ayam kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Hal ini menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan menyebabkan harga pangan tidak stabil karena dikendalikan korporasi. Namun praktek semacam ini tetap berlangsung bahkan semakin kuat.

Meskipun sudah jelas keberadaan monopoli dan oligopoli telah merugikan banyak pihak, namun pemerintah tidak mampu menghentikan praktek seperti ini, karena negara dalam sistem kapitalis hanya berperan sebagai regulator antara kepentingan rakyat dengan kepentingan swasta.

Bahkan tidak jarang pemerintah berpihak pada kepentingan pemilik modal sebagaimana kebijakan peternakan yang kian hari kian berpihak pada korporasi. Seperti  UU 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, misalnya, dibolehkan bagi perorangan atau badan hukum menjalin kerja sama dengan asing. Ini membuat makin semrawutnya lalu lintas peternakan. Makin mengokohkan mafia yang menguasai industri peternakan mulai dari hulu hingga ke hilir.

Pengelolaan pangan dalam Islam
Islam telah memberikan pengaturan paripurna dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok warga negaranya. Negara akan menjamin kestabilan harga makanan pokok termasuk harga telur yang merupakan sumber protein tinggi yang mudah diperoleh rakyat.

Negara akan mengatur produksi, distribusi kebutuhan pokok agar dipastikan bisa dinikmati boleh setiap individu rakyat. Negara juga menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan, sekaligus menjaga terjaganya bahan-bahan yang dibutuhkan rakyat agar tidak tergantung pada swasta atau impor, sehingga swasembada pangan akan diusahakan sebaik mungkin untk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Negara juga akan mencegah praktek monopoli dan oligopoli dalam berbagai usaha di tengah masyarakat, sehingga tidak ada lagi yang memainkan harga yang dilakukan oleh para korporasi yang merugikan rakyat. Dengan pengaturan yang tegas negara akan menjamin kestabilan penyediaan pangan dan pemenuhan pangan bagi rakyatnya. 

Wallahu a'lam bishawwab.


Oleh: Nadhifah Zahra, SE
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar